Kamis, 10 Juli 2025
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Gelar Karya di Museum Aceh: Merawat Warisan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh

Gelar Karya di Museum Aceh: Merawat Warisan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh

Sabtu, 24 Mei 2025 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Museum Aceh kembali menunjukkan perannya sebagai pusat pelestarian budaya melalui penyelenggaraan kegiatan seminar dan pameran bertajuk “Gelar Karya Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh: Memory of the World UNESCO” yang berlangsung di Museum Aceh pada Sabtu (24/5/2025).

Dalam sambutannya, Kepala Tata Usaha UPTD Museum Aceh, Nurhasanah yang mewakili Kepala UPTD Museum Aceh  menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam dua bentuk gairah yaitu seminar dan pameran.

“Selain sebagai ajang seminar dan pameran, hari ini Museum Aceh juga berperan sebagai tempat belajar bersama, khususnya dalam mengenal dan mendalami objek-objek warisan budaya yang merupakan peninggalan sejarah dan kebudayaan bangsa,” ungkap Nurhasanah.

Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak, termasuk media massa dan UIN Ar-Raniry, atas kerja sama dan dukungan dalam upaya edukasi publik dan pelaksanaan fungsi museum sebagai pusat pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan warisan budaya Aceh.

Dalam kegiatan pameran ini, Museum Aceh memamerkan enam koleksi filologika, terdiri dari naskah-naskah Hikayat Aceh, termasuk karya ulama dan sastrawan besar, Hamzah Fansuri. Para peserta seminar akan diajak melihat langsung koleksi tersebut yang dipamerkan di bawah Rumah Aceh, lengkap dengan deskripsi singkat pada setiap naskah yang ditampilkan.

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Teuku Abdullah, S.H., M.A., Nurdin A.R., M.Hum., dan Hermansyah, M.Th., M.Hum.

Dalam paparannya, Nurdin membawakan materi bertema “Hamzah Fansuri dan Karya-Karya Tasawufnya”, di mana ia mengulas biografi Hamzah Fansuri serta kontribusinya dalam khazanah sastra sufistik Melayu yang mendalam dan penuh nilai spiritual.

Sementara itu, Hermansyah menyampaikan materi dengan tema “Naskah Hikayat Aceh dan Hamzah Fansuri di Memory of the World (MoW) UNESCO”. 

Ia menampilkan bukti syair dan naskah Hikayat Aceh yang telah mendapatkan pengakuan internasional dari UNESCO. Dalam penutupnya, Hermansyah menegaskan bahwa Hikayat Aceh dan karya Hamzah Fansuri yang masuk dalam MoW UNESCO harus menjadi motivator dalam upaya pelestarian dan penyelamatan naskah kuno Aceh.

“Ribuan manuskrip masih menanti status dan ‘sentuhan’ dari pemerintah dan generasi muda. Diperlukan adanya Ingatan Kolektif Aceh (IKA) sebagai upaya nyata pelestarian manuskrip kuno yang tersebar di berbagai wilayah Aceh,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran kolektif tentang pentingnya pelestarian warisan intelektual masa lalu, serta memperkuat peran Aceh dalam kontribusinya terhadap sejarah dan peradaban dunia melalui literatur klasik.[*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI