Beranda / Referensi / Simak, Mana yang Benar? Tulisan Isra Mikraj atau Isra Miraj

Simak, Mana yang Benar? Tulisan Isra Mikraj atau Isra Miraj

Jum`at, 02 Februari 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. [Foto: detik.com/Melati Putri Arsika]


DIALEKSIS.COM | Palembang - Tulisan Isra Mikraj seringkali menjadi perdebatan. Ada yang menulis Isra Miraj, Isra Mi'raj, Israk Mikraj atau bahkan Isra' Mi'raj. Lantas manakah yang benar?

Mengutip dari situs Balai Bahasa Provinsi Aceh Kemendikbud, istilah atau tulisan Isra Mikraj bersumber dari Bahasa Arab. Penggunaannya dalam penulisan sering kali berubah-ubah hingga menimbulkan perbedaan. Terkait hal itu, tentunya harus mengikuti pedoman penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Nah, supaya tulisan Isra Mikraj tidak salah lagi berikut penjelasan yang dihimpun detikSumbagsel dari situs Balai Bahasa Kemendikbud.

Tulisan Isra Mikraj

Balai Bahasa Provinsi Aceh menemukan beberapa perbedaan penulisan Isra Mikraj. Ada yang mengikuti pola penulisan Bahasa Arab hingga mengubah vokal "a" menjadi "o" seperti Isro' Mikroj.

Dari semua cara penulisan di atas, hanya satu yang dibenarkan secara ejaan atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni Isra Mikraj. Tanpa tanda petik atas dan tidak mengganti vokal "a" menjadi "o". Penulisan tersebut ditetapkan sebagai kata baku ketika membuat tulisan mengenai Isra Mikraj. Sebab, KBBI termasuk rujukan penulisan Bahasa Indonesia.

Tulisan Isra Mikraj Bahasa Arab

Ketika berbicara secara literasi, kata Isra Mikraj merupakan serapan dari Bahasa Arab yang tergolong istilah asing. Pada buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) dijelaskan bahwa kosakata asing harus dilakukan pemadanan Bahasa Indonesia. Terdapat tiga cara yang bisa dilakukan yakni penerjemahan, penyerapan atau gabungan keduanya.

Tulisan asli Isra Mikraj adalah إِس’رَاء …ِع’رَاج (isrā' mi`rāj). Melihat dari bentuk tersebut, dapat dipastikan bahwa Israk Mikraj merupakan istilah serapan. Karena itu, terdapat proses penyerapan sehingga menjadi kata baku yang ada di KBBI. Terkait penyerapan istilah asing, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yakni:

1. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (inter translatability) mengingat keperluan masa depan.

2. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.

3. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.

4. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antar pakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonim.

5. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.

Penyerapan Isra Mikraj dari Bahasa Arab

Masih dalam sumber yang sama, penyerapan istilah Isra Mikraj dibentuk melalui penyesuaian ejaan dan lafal. Ada beberapa poin penting yang perlu diketahui yakni:

1. Penyerapan menyesuaikan keberadaan bunyi huruf Bahasa Arab yang tidak ada ketentuannya dalam Bahasa Indonesia.

2. Vokal panjang dalam Bahasa Arab seperti bunyi huruf "a" pada kata isra diubah menjadi pendek.

3. Huruf hamzah (ء) dihilangkan.

4. Huruf 'ayn (ع) diubah menjadi "k".

5. Vokal panjang atau huruf alif (ا) pada kata "mikraj" diubah menjadi pendek.

Dari lima ketentuan tersebut membuat kata isrā' mi`rāj diserap dalam Bahasa Indonesia dan berubah menjadi Isra Mikraj. Kosakata tersebut menjadi baku dan ditetapkan sebagai istilah yang baik dan benar dalam penulisan. [detik.com]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda