Potret Perwakilan Partai di DPR RI untuk Dapil Aceh dalam Pemilu 2024
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Anggota DPR RI (Foto: Ruth Botha)
DIALEKSIS.COM | Aceh - Menuju 17 Februari 2024, masyarakat Indonesia bersiap untuk menentukan wakil rakyat, termasuk di tingkat DPR RI periode 2024-2029. Dalam suasana menjelang pemilihan, hasil pemantauan tim Dialeksis memberikan gambaran menarik terkait potensi partai politik yang akan mengirimkan kadernya ke Gedung DPR RI, khususnya di Dapil Aceh 1 dan Dapil Aceh 2.
Berdasarkan tinjauan, partai-partai seperti Demokrat, Golkar, PKS, Gerindra, PKB, PAN, dan PDIP terlihat memiliki peluang besar untuk memperoleh kursi di DPR RI dari Dapil Aceh 1. Meskipun demikian, kehadiran Nasdem turut menjadi pertimbangan serius, walaupun harus bersaing ketat dengan PAN yang memiliki kekuatan dominan di lapangan.
Faktor PAN masih dominan di Dapil 1 caleg yang maju mampu memberikan aksi nyata dan mewarnai pertarungan di wilayah dapil tersebut. Mereka "caleg PAN dapil" yaitu; H. Nazaruddin Dek GAM, Mohd Alfatah, dan Sulaiman ALi. ketiga nama itu termonitor hasil monev bekerja meraih dukungan masyarakat di 12 kabupaten dan 3 kota dapil Aceh 1.
Menariknya kemunculan PDIP berpeluang sebagai pendatang baru menggeser PPP, hal ini caleg PDIP berada di Dapil 1 memiliki peluang untuk masuk ke DPR RI. Hal ini disebabkan semua bekerja meraih simpatik dan empati masyarakat di seluruh kabupaten/kota di Dapil 1. Sosok calegnya meliputi; Sofyan Dawood, Jamaluddin Idham, S.H, Ramli Ms, dan Dahlan Jamaluddin. Keempat nama itu terlihat dari hasil monev tim Dialeksis bekerja dilapangan.
Sementara itu, di Dapil Aceh 2 meliputi beranggotakan 6 kabupaten dan 2 kota, partai-partai seperti Golkar, PKS, Demokrat, PKB, Gerindra, dan PAN tampak unggul dalam perolehan suara. Namun, catatan menarik muncul ketika Aminullah dari PAN memberikan perlawanan sengit kepada Anwar Idris dari PPP, yang dapat mempengaruhi dinamika politik di wilayah tersebut.
Dari data tim Dialeksis disimpulkan masih mayoritas dikuasi partai besar ketimbang dari partai pendatang baru, termasuk partai nasional lama yang tidak berjaya di tanah rencong. Hal lain membuktikan dominasi partai nasional lama sulit untuk disaingi maupun digeser dari percaturan politik kelokalan Aceh, khususnya legislatif DPR RI.
Meskipun demikian, hasil pemantauan dari tim Dialeksis ini belum menjadi keputusan akhir. Dinamika politik yang terus berubah dan faktor-faktor lainnya dapat mengubah perhitungan politik secara signifikan. Oleh karena itu, masih ada waktu bagi partai politik untuk melakukan strategi yang lebih konkret guna mempengaruhi hasil akhir perolehan suara di DPR RI.