kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Polmark Indonesia Temukan Data 48 Persen Pemilih Belum Putuskan Capresnya

Polmark Indonesia Temukan Data 48 Persen Pemilih Belum Putuskan Capresnya

Minggu, 29 Oktober 2023 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Ilustrasi Capres 2024 (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)


DIALEKSIS.COM | Nasional - Founder & CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah membeberkan data pemenangan pemilihan presiden 2024. Dari hasil survei itu disebutkan hampir sebagian pemilih merupakan gabungan pemilih ketiga capres dan pemilih yang belum menentukan pilihannya.

Eep mengemukakan bahwa belum lama ini, tepatnya saat Agustus 2023, lembaga survei yang dikelola Polmark Indonesia melakukan survei pemenangan pemilihan presiden 2024. Survei itu diselenggarakan pada bulan Agustus itu dilakukan pada 32 provinsi di Indonesia.

"Satu data penting yang menurut saya juga penting saya bocorkan adalah kami di survei yang terakhir ini survei bulan Agustus. Survei selama bulan Agustus 32 provinsi ini tapi saya tidak mau membocorkan karena memang belum dibicarakan dengan klien saya, termasuk karena ini belum publikasi secara tuntas, ini juga belum saya bisa bocorkan siapa kliennya," ungkap Eep Saefulloh Fatah di kanal Youtube Abraham Samad Speak Up.

Dia mengatakan, pada pilpres tahun mendatang sebanyak 48 persen pemilih di Indonesia merupakan pemilih gabungan dari ketiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto yang belum mantap.

Angka tersebut ditambah dengan pemilih yang belum menentukan pilihannya.

"Clue saja, yang pilpres ini ya 47,8 persen atau katakanlah 48 persen pemilih kita itu masih gabungan dari pemilih Ganjar yang belum mantap, pemilih Prabowo yang belum mantap, pemilih Anies yang belum mantap, ditambah dengan yang belum menentukan pilihan totalnya itu 48 persen," katanya.

Menurutnya, keadaan tersebut tentu masih sangat cair. Dia menyarankan untuk para capres-cawapres agar tidak lebih dulu beruforia akan kemenangan yang belum pasti.

"Ini keadaan masih sangat cair, jadi bagi mereka yang sudah mulai datang ke tukang jahit, menjahit jas untuk pelantikan untuk sudah nelepon-nelepon orang yang menyewakan tenda untuk syukuran sudah mencari katering untuk tujuan itu, tunda dulu saran saya tunda dulu," katanya.

Dan, kata dia, dengan keadaan seperti ini konsultan terbaik bagi calon presiden dan wakil presiden adalah rajyat itu sendiri sebagai pemilih.

Dia mengatakan, apabila diikuti dan melacak pendapat rakyat, kemudian mengorientasikan kerja pemenangan kepada mereka maka tentu kemenangan di depan mata.

"Dan menurut saya dengan keadaan seperti ini konsultan terbaik bagi calon presiden dan wakil presiden yang akan menang adalah rakyat," kata Dia.

"Kalau Anda ikuti, kalau Anda lacak pendapat mereka, kalau Anda orientasikan kerja pemenangan ke mereka. Anda lah presiden dan wakil presiden baru, namanya rakyat. Itu lembaga konsultan paling hebat di Indonesia," lanjutnya.

Selain itu, dia juga menjelaskan karakteristik pemilih pada Pilpres 2024. Dia mengatakan, dalam beberapa bulan ke depan itu proses politik bukan hanya ada peserta kampanye, tetapi berjalan pada individu pemilih.

"Menurut saya begini ada waktu beberapa bulan ke depan di mana proses akan berjalan, proses politik itu bukan semata-mata ada orang kampanye, ada peserta kampanye, bukan. Proses politik yang terpenting itu berjalan pada diri setiap orang," ujarnya.

Dia menambahkan, ketika para calon mencerna setiap pemilih, misalnya 200 pemilih, mencerna apa yang terjadi di sekeliling mereka, faktor baik buruk yang tercipta di depan publik tentu akan memengaruhi.

"Ketika mereka mencerna setiap pemilih, mencerna 200 sekian pemilih, mencerna apa yang terjadi di sekitar mereka, lalu kemudian proses pencernaan yang terakhir mereka melibatkan satu instrumen dalam dirinya yang kalau dia baik maka seluruh dirinya baik, yang kalau dia buruk maka seluruh dirinya buruk," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengemukakan bahwa di saat itulah para pemilih memutuskan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam persepsinya. Dia menyebut, itulah hati para pemilih.

"Dan di saat-saat yang terakhir ketika dia harus memutuskan sesuatu, maka sekian detik bagian dalam dirinya itulah berkata maka itulah yang akan dia kerjakan, itulah hati para pemilih," katanya. [suara.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda