Beranda / Politik dan Hukum / Isu Tambang Panaskan Debat Kedua Pilgub Aceh, Mualem: Kita Hancurkan Mafia Tambang

Isu Tambang Panaskan Debat Kedua Pilgub Aceh, Mualem: Kita Hancurkan Mafia Tambang

Sabtu, 02 November 2024 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh nomor urut 2 Muzakir Manaf-Fadhullah. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh, nomor urut 1 Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi dan nomor urut 2 Muzakir Manaf-Fadhullah, kembali berhadapan dalam debat publik yang digelar pada Jumat (1/11/2024) malam, di The Pade Hotel, Lampeneurut, Darul Imarah, Aceh Besar. 

Debat kedua yang disiarkan langsung oleh TVRI dan streaming di kanal YouTube KIP Aceh ini menyedot perhatian publik, menghadirkan adu visi dan misi antara kedua pasangan untuk memperebutkan hati masyarakat Aceh.

Debat ini menampilkan atmosfer panas, tapi penuh semangat. Dengan durasi hampir dua jam, masing-masing kandidat tidak hanya memaparkan visi dan misi, tetapi juga memberikan solusi konkret terkait berbagai isu krusial di Aceh, mulai dari ekonomi hingga praktik pertambangan yang kerap menjadi sorotan. 

Isu mafia tambang menjadi salah satu topik yang paling banyak diperbincangkan dalam debat ini, terutama ketika Muzakir Manaf menutup sesi dengan sebuah pantun yang menyentuh masalah tersebut.

Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), bersama pasangannya Fadhlullah, menutup sesi akhir debat dengan sebuah pantun yang menjadi sorotan para penonton. 

Mengangkat isu mafia tambang yang telah lama merugikan masyarakat Aceh, pantun yang dibawakan Mualem tersebut sekaligus menjadi pesan kuat mengenai komitmennya untuk menumpas praktik ilegal yang menggerogoti kekayaan alam Aceh.

"Cantik selendang putri meulayu, menata bunga di atas tantang, Rakyat Aceh bersatu padu, kita hancurkan mafia tambang," ujarnya.

Setelah pantun Mualem, Fadhlullah atau yang akrab disapa Dek Fadh, menyampaikan pesan penutup dengan nada yang sarat emosi dan harapan. 

Dek Fadh menyerukan kepada seluruh masyarakat Aceh untuk bersatu membangun daerah dan menjaga Aceh agar terhindar dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. 

Dengan merujuk pepatah Gayo, ia menekankan pentingnya kebersamaan dalam menghadapi tantangan besar Aceh ke depan.

"Masyarakat Aceh yang kami cintai, baik yang ada di tanah Gayo, Aceh Tenggara, Barsela, maupun Aceh Timur, mari bersama-sama kita bangun Aceh ke depan. Kita jaga agar kekayaan Aceh tidak dirampas oleh pihak yang tak bertanggung jawab, Seperti pepatah Gayo mengatakan, ‘ku atas mepucok lemi, ku tayeng mejantan teugee’. Mari wujudkan Aceh yang Islami sesuai amanah ulama," tambahnya. 

Dek Fadh juga mengungkapkan bahwa dirinya dan Mualem telah bertemu dengan sejumlah tokoh agama, termasuk ulama kharismatik Abu Mudi.

"Beliau berpesan agar kami terus menegakkan syariat Islam di bumi Aceh dan menyelamatkan Aceh dari praktik-praktik yang tidak membawa manfaat bagi masyarakat luas. Kami akan menjalankan pesan ini, memperjuangkan syariat Islam dengan langkah yang nyata," tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda