Berguklir Ide Paket Pasangan Ganjar-Anies, Skenario atau Keinginan Publik?
Font: Ukuran: - +
Kolase foto Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO-GARRY LOTULUNG
DIALEKSIS.COM | Nasional - Wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan mencuat mendekati pendaftaran Pilpres 2024. Ketua DPD Said Abdullah menganggap kedua tokoh itu memiliki kekuatan jika bergabung menjadi satu.
Said mengatakan Anies tak bisa diremehkan sebagai salah satu calon presiden (capres). Menurutnya, sama seperti Ganjar, Anies merupakan sosok pemimpin cerdas.
"Apalagi, jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan, tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita ke depan. Sama-sama masih muda, cerdas, dan enerjik," kata Said.
Juru bicara Anies, Surya Tjandra merespons positif wacana duet Ganjar dan Anies. Menurutnya, ide tersebut sangat baik dan menunjukkan kebesaran hati elite PDIP yang mempertimbangkan kepastian pembangunan.
"Ini ide yang amat sangat bagus, dan kami menghargai kebesaran hati Pak Said Abdullah, yang tampaknya lebih mempertimbangkan kepastian pembangunan ke depan dalam situasi politik yang stabil," kata Surya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/8).
Menanggapi wacana ini, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengatakan wacana duet Ganjar Anies mungkin saja terjadi. Apalagi jika agenda yang didorong adalah rekonsiliasi nasional.
"Anies selalu direpresentasikan sebagai simbol oposisi, dukungan bagi Islam kanan kuat. Kalau Ganjar, kan, representasi PDIP dukungan Islam kiri juga kuat. Nah, selama Jokowi ini memimpin memang kelemahan ada di PDIP, ya kiri ini. Jadi ketika ditanya untung, saya kira malah menguntungkan," kata Adib saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (22/8).
Adib menganggap koalisi dari Ganjar dan Anies bisa menjadi koalisi yang besar jika digabungkan sehingga membuat koalisi semakin stabil.
"Kalau kita bicara realitas hari ini, Prabowo dengan koalisi besar, Ganjar dan Koalisi perubahan yang memang ada Anies, kalau digabungkan saya kira kalau bicara stabil, menurut saya malah bisa stabil," ucapnya.
Menurut Adib, secara hitungan matematis duet Ganjar dan Anies juga bisa menang melawan koalisi besar Prabowo Subianto. Ia melihat dari sejumlah hasil survei yang sudah keluar.
"Saya kira politik itu tidak bisa matematis, tapi juga realistis. Kalau hitung-hitungan secara matematis, Ganjar duet dengan Anies bisa menang lawan Prabowo. Indikatornya apa? Melalui survei-survei yang sudah berkembang," ungkapnya.
"Jadi kalau ditanya berapa besar kemungkinan melawan koalisi raksasa yang mengusung Prabowo, saya kira berpeluang besar menang kalau Ganjar diduetkan dengan Anies," kata Adib lebih lanjut.
Di sisi lain, Adib menyebut ada kerugian dari duet Ganjar dan Anies ini. Misalnya, sejumlah pendukung masing-masing dari Ganjar dan Anies yang tak bisa menerima dan malah beralih ke Prabowo.
"Banyak pendukung Islam kanan yang tidak gampang menerima Ganjar, karena representasi dari PDIP. Tetapi saya kira memang kekuatan ini kalau disatukan menjadi kekuatan yang besar," katanya.
Selain itu keduanya juga tercatat berada di gerbong koalisi yang berbeda. Ganjar merupakan bacapres yang diusung oleh PDIP, PPP, Hanura dan Perindo. Sementara Anies diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Kemungkinan koalisinya ada, walaupun kecil. Karena dari Anies dan KPP sudah bersepakat untuk maju ke gelanggang dengan paket perubahan," jelasnya seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Meski begitu, Agung memandang wacana pemasangan Ganjar dan Anies tidak mungkin lahir secara tiba-tiba dan hanya inisiatif dari Said Abdullah semata. Menurutnya, PDIP pasti telah mempunyai hitung-hitungan tersendiri apabila duet pasangan itu benar-benar terwujud.
Selain itu, ia menduga wacana Ganjar Anies dimunculkan sebagai salah satu solusi bagi PDIP untuk membendung elektabilitas bacapres Prabowo Subianto yang terus tercatat meningkat.
"Karena internal PDIP butuh solusi untuk bisa mengimbangi elektabilitas Prabowo yang memasuki tren naik (full rebound) sejak Mei 2023 pasca kejadian batalnya penyelenggaraan sepakbola U20," ujarnya.
Oleh karenanya Agung menilai wacana duet Ganjar Anies yang dimunculkan elite PDIP sengaja dilakukan untuk melihat respon dari publik serta masing-masing koalisi yang telah terbentuk.
"Saat nama Anies digulirkan ke publik oleh pengurus teras PDIP lebih sebagai ikhtiar elektoral untuk melihat bagaimana penerimaan KPP sebagai pengusung Anies maupun publik secara keseluruhan," imbuhnya.
Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut bahwa penggabungan Ganjar dan Anies bisa merusak kedua belah pihak.
"PDIP akan ditinggalkan pemilih karena sejauh ini loyalis mereka anti pada Anies Baswedan, sebaliknya Anies akan kehilangan dukungan karena mereka juga anti PDIP," kata dia seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Dedi menilai wacana PDIP untuk menduetkan Anies dengan Ganjar hanya merupakan sikap putus asa. Menurutnya, PDIP sudah merasa ditinggal pemilih yang pro Jokowi.
"Anies sudah benar saat ini berada di kubu kontra kekuasaan, Anies sendiri tidak berbagi ceruk suara dengan siapapun, sementara Ganjar harus berbagi dan berebut dengan Prabowo. Jika harus ada dua kubu, maka dipastikan Anies tetap jadi salah satunya," ujarnya.
Selain tak berdampak baik bagi keduanya, menurut Dedi, wacana duet Ganjar Anies ini hanya propaganda semata.
Dedi mengatakan belum tentu koalisi besar itu akan benar-benar mengatasi koalisi gemuk pendukung Prabowo. Diketahui Prabowo diusung oleh Gerindra, PKB, PAN, dan Golkar.
Bisa jadi, kata Dedi, peluang terbesar untuk membendung Prabowo justru ada pada saat Ganjar dan Anies berada di 'ceruk' masing-masing seperti saat ini.
"Jika koalisi Anies Ganjar terbentuk, justru bisa melemahkan kekuatan yang saat ini mereka miliki. Prabowo bisa saja terbesar saat ini, tetapi tidak lantas mereka punya peluang menang lebih besar," ucapnya.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas terbaru, elektabilitas Ganjar berada di angka 24,9 persen, Prabowo Subianto 24,6 persen dan Anies Baswedan 12,7 persen.
Sementara dalam survei Indikator, Ganjar unggul dengan elektabilitas mencapai 35,2 persen. Sedangkan Prabowo di angka 33,2 persen dan Anies 23,9 persen.
Salah satu pengusung Anies, Juru Bicara PKS Muhammad Iqbal mengatakan mimpi koalisi itu bisa saja terealisasi asalkan Anies tetap menjadi capres dalam kontestasi politik 2024 mendatang.
"PKS tentu saja partai yang siap berkoalisi dengan partai yang memiliki visi yang sama dan siap mengusung perubahan, asal Anies jadi capres dan Ganjar menjadi wapres, sangat mungkin terjadi," kata Iqbal dimedia CNNIndonesia.com, Selasa (22/8). [cnnindonesia.com]