DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, M. Nasir Syamaun, menegaskan pentingnya Badan Reintegrasi Aceh (BRA) memahami secara mendalam wewenang dan peran strategisnya. Dalam arahan resminya, Nasir menyatakan BRA perlu merancang program jangka panjang sebagai pilar utama dalam mempertahankan perdamaian Aceh.
“Rapat koordinasi ini menjadi krusial karena BRA harus memastikan peace building (pembangunan perdamaian) benar-benar terimplementasi di Aceh,” ujar Nasir saat menyampaikan sambutan mewakili Gubernur Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem, pada Rapat Koordinasi BRA dengan Satuan Pelaksana dan Penghubung BRA Kabupaten/Kota di Banda Aceh, 15 April 2025.
Nasir menjelaskan, dalam teori manajemen konflik, siklus konflik terdiri dari tiga fase: dimulai dari konflik aktif, dilanjutkan dengan gencatan senjata (peacekeeping), dan diakhiri dengan fase pemeliharaan perdamaian. Namun, menurutnya, tahap penentu keberlanjutan perdamaian adalah peace building.
“Jika fase ini gagal, siklus konflik berpotensi terulang. Terlebih, masyarakat Aceh dikenal tegas menolak ketidakadilan. Ini adalah karakter budaya yang harus dipahami,” tegasnya.
“Saat ini, kita berada di fase peace building dan hanya selangkah lagi dari risiko konflik,” tambah Nasir. Oleh karena itu, ia mendorong BRA untuk mengawal, memperkuat, dan menjaga proses ini secara berkelanjutan. Sebagai lembaga kunci, BRA dinilai memegang tanggung jawab strategis agar Aceh tidak kembali ke masa kelam konflik.
Nasir juga menekankan pentingnya BRA menjadi wadah penyerapan aspirasi korban konflik, mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), serta mantan tahanan dan narapidana politik (tapol/napol).
“Mekanisme bottom-up ini dapat dioptimalkan karena jajaran penghubung BRA di daerah merupakan ketua Komite Peralihan Aceh yang berinteraksi langsung dengan kelompok terdampak,” jelasnya.
Sinergi antara pimpinan BRA dan ketua penghubung daerah juga disebutnya sebagai kunci menciptakan kehidupan yang lebih layak dan sejahtera bagi generasi mendatang.
Kepala BRA, Jamaluddin, dalam laporannya menyebut rapat ini bagian dari persiapan menyambut 20 tahun perdamaian Aceh.
“Kami ingin menyelaraskan visi, misi, dan peran seluruh jajaran BRA. Diskusi ini menjadi momentum untuk mempertegas kontribusi kita,” pungkas Jamaluddin.