Beranda / Pemerintahan / Petani Milenial Kunci Swasembada Pangan, Akademisi USK Dukung Langkah Mentan

Petani Milenial Kunci Swasembada Pangan, Akademisi USK Dukung Langkah Mentan

Jum`at, 22 November 2024 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Dr. Rahmat Fadhil, S.TP, M.Sc., dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Foto: Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan optimisme terkait terwujudnya swasembada pangan di Indonesia. Menurutnya, keterlibatan petani milenial dengan pendampingan mentor dan teknologi modern akan menjadi motor utama program ini. Strategi tersebut akan difokuskan di 12 provinsi strategis yang menjadi wilayah optimalisasi lahan rawa (OPLAH).

Menanggapi hal ini, Dr. Rahmat Fadhil, S.TP, M.Sc., dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, menyambut positif kebijakan tersebut. Ia menilai keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian adalah langkah tepat untuk menciptakan inovasi dan keberlanjutan produksi pangan nasional.

"Melibatkan petani milenial bukan hanya strategi, tetapi keharusan jika kita ingin pertanian lebih adaptif terhadap tantangan zaman. Generasi muda memiliki potensi besar dalam penerapan teknologi modern dan pengelolaan usaha tani berbasis digital," ujar Dr. Rahmat kepada Dialeksis, Jumat, 22 November 2024.

Menurutnya, pendekatan dengan menghadirkan mentor dan pendamping akan sangat membantu petani milenial untuk memahami manajemen usaha tani secara profesional.

“Namun, pemerintah juga perlu memastikan bahwa pendamping yang dilibatkan memiliki kompetensi tinggi, terutama dalam teknologi pertanian modern,” tambahnya.

Dr. Rahmat juga menyoroti pentingnya optimalisasi lahan rawa, terutama di Aceh dan provinsi lain yang masuk dalam program OPLAH.

Ia menyebut wilayah-wilayah tersebut memiliki potensi besar, tetapi memerlukan dukungan infrastruktur, riset, dan modal yang memadai.

“Optimalisasi lahan rawa memerlukan teknologi spesifik lokasi agar produktivitas bisa maksimal. Pemerintah harus fokus pada pengelolaan air, penggunaan varietas unggul, dan sistem pertanian terpadu,” jelasnya.

Ia juga mendorong agar pemerintah memberikan pelatihan intensif kepada petani milenial di bidang manajemen risiko dan akses pasar.

“Jangan hanya berhenti di tingkat produksi. Petani milenial harus diberi akses untuk menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga usaha tani mereka benar-benar menguntungkan,” tuturnya.

Melalui Brigade Swasembada Pangan yang akan beroperasi di 12 provinsi, Mentan Andi Amran meyakini Indonesia dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Menutup komentarnya, Dr. Rahmat menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat tani adalah kunci keberhasilan program ini.

"Jika seluruh elemen bekerja sama dengan visi yang sama, swasembada pangan bukan sekadar mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat," pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda