DIALEKSIS.COM | Prancis - Dewan Eksekutif UNESCO secara konsensus menetapkan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri sebagai bagian dari 74 nominasi register Memory of the World (MoW) periode 2024 - 2025. Kedua warisan budaya ini berhasil lolos seleksi dari total 122 nominasi yang diajukan negara-negara anggota melalui International Advisory Committee (IAC) MoW UNESCO.
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian diajukan secara tunggal (single nomination) oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Naskah langka yang hanya tersimpan di Perpusnas dengan nomor registrasi L 630 ini merupakan dokumen unik milik Indonesia. Sementara itu, karya - karya Hamzah Fansuri diajukan bersama (joint nomination) oleh Perpusnas dan Perpustakaan Negara Malaysia, menegaskan kolaborasi kebudayaan antarnegar
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menyampaikan apresiasi atas penetapan ini. “Keberhasilan registrasi dua warisan dokumenter sebagai MoW patut disyukuri. Kami berharap penetapan ini memperluas pengetahuan masyarakat tentang kekayaan budaya kita,” ujarnya di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Ia menambahkan, para pemangku kepentingan perlu merancang program pelestarian, promosi, dan pewarisan nilai-nilai dalam naskah tersebut. “Generasi muda dapat mengaktualisasikan konten naskah melalui pendekatan kreatif seperti komik, animasi, atau karya seni modern agar tetap relevan,” imbuhnya.
Signifikansi Naskah dan Karya
1. Sang Hyang Siksa Kandang Karesian
Ditulis pada 1518, naskah Sunda Kuno ini memuat ajaran moral tentang kejujuran, integritas, serta gambaran hubungan sosial-politik-ekonomi masyarakat Sunda dengan bangsa lain di abad ke - 16. Keunikan naskah terletak pada penyebutan peran jurubasa darmamurcaya (juru bahasa asing) sebagai mediator antarbangsa. Hanya dua salinan naskah ini yang tersisa di dunia, menjadikannya dokumen tak tergantikan.
2. Karya Hamzah Fansuri
Tokoh sufi abad ke-16 ini dikenal sebagai pelopor penulisan kitab sistematis dalam bahasa Melayu dan peletak dasar debat keagamaan di Nusantara. Karyanya dalam bentuk syair memengaruhi perkembangan sastra Melayu sejak abad ke - 17, sekaligus cikal bakal sastra modern Indonesia-Malaysia. Inovasi Hamzah Fansuri dalam mencantumkan nama di akhir puisi juga mendobrak tradisi anonim sastra Melayu. Karyanya tersebar luas dari Aceh, Semenanjung Malaya, hingga Makassar.
Lima Warisan Dokumenter Indonesia di MoW 2024 - 2025
Indonesia sukses meregistrasi lima warisan dalam periode ini, menjadikannya negara dengan inskripsi terbanyak bersama Prancis. Kelima warisan tersebut:
1. Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (Perpusnas).
2. Karya Hamzah Fansuri (Perpusnas dan Perpustakaan Malaysia).
3. Arsip Tarian Jawa Mangkunegaran 1861 - 1944 (Pura Mangkunegaran dan ANRI).
4. Surat-surat Kartini (ANRI, National Archives of Netherlands, dan Leiden University Library).
5. Arsip Pendirian ASEAN 1967 - 1976 (ANRI bersama arsip Malaysia, Singapura, dan Thailand).
Dengan tambahan ini, total warisan dokumenter Indonesia di MoW mencapai 16, setelah sebelumnya memiliki 11 inskripsi.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian di bawah tanggung jawab Presiden. Tugas utamanya meliputi pembinaan, pelestarian, penelitian, serta jejaring perpustakaan nasional. Berkantor pusat di Jakarta (Salemba dan Medan Merdeka Selatan), Perpusnas juga mengelola dua UPT: Perpustakaan Proklamator Bung Karno (Blitar) dan Bung Hatta (Bukittinggi).