DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dr. Teuku Afifuddin, M.Sn, Ketua Dewan Kesenian Aceh, menekankan perlunya menghidupkan kembali PDIA sebagai aset strategis dalam menjaga sejarah dan budaya Aceh.
“PDIA adalah penjaga utama sejarah dan budaya Aceh, yang seharusnya dijadikan aset strategis untuk memperkokoh identitas bangsa kita,” ujarnya saat dikonfirmasi Dialeksis (10/03/2025).
Ia menyoroti bahwa sejak tahun 2023, alokasi anggaran operasional PDIA mengalami kekurangan, yang tidak hanya mencerminkan kegagalan pengelolaan keuangan, tetapi juga mengancam kesinambungan fungsi vital PDIA dalam mendokumentasikan dan mengkaji sejarah Aceh secara mendalam.
"Menghidupkan kembali PDIA harus menjadi prioritas, karena menyerahkan koleksi saja tanpa dukungan penuh akan mengurangi potensi pemanfaatan arsip sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi bagi generasi mendatang," tegasnya.
Dr. Teuku Afifuddin mengajak Pemerintah Aceh, institusi akademis seperti USK, dan seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencari solusi konkret dalam rangka mengembalikan pendanaan yang berkesinambungan bagi PDIA.
Ia menambahkan bahwa sinergi dan komitmen bersama dalam menghidupkan kembali PDIA merupakan investasi penting untuk masa depan Aceh yang lebih berbudaya dan berwawasan sejarah.
“Kita harus mengembalikan nyawa PDIA dengan langkah-langkah strategis yang mendukung operasionalnya, sehingga warisan sejarah dan budaya Aceh dapat terus hidup dan menginspirasi,” pungkasnya.