DIALEKSIS.COM | Aceh - Sejak dilantik pada 12 Februari 2025 dalam Rapat Paripurna Istimewa DPR Aceh, Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem menunjukkan ritme kerja tinggi dengan menggabungkan agenda keagamaan, pembangunan, dan diplomasi.
Dalam kurun sebulan, mantan tokoh GAM ini telah meluncurkan sejumlah inisiatif strategis, mulai dari penguatan nilai religius hingga membuka pintu investasi asing.
Di minggu pertama jabatannya, Mualem mengukuhkan 19 bupati/wali kota se-Aceh, menegaskan komitmennya menyiapkan kepemimpinan daerah yang solid. Tak lama setelahnya, ia mengikuti retret spiritual di Magelang pada 21-28 Februari 2025. Kegiatan ini diyakini sebagai refleksi untuk menyelaraskan visi kepemimpinannya dengan nilai-nilai keislaman yang kental di Aceh.
Selanjutnya memasuki Maret, Gubernur semakin gencar menggaungkan agenda religius. Pada 4 Maret 2025, ia berpidato di Masjid Raya Baiturrahman, mengimbau masyarakat menutup usaha saat waktu salat. Edaran resmi terkait hal ini segera diterbitkan. Di bulan Ramadhan, Mualem aktif mengisi Safari Ramadhan, termasuk ceramah di Masjid An-Nur Simeulue (8/3). Ia juga membuka Aceh Ramadhan Festival (12/3) yang diharapkan jadi ajang syiar dan penguatan ekonomi umat.
Tak lupa, ia menjalin silaturahmi dengan buka puasa bersama partai koalisi (6/3) dan mendampingi Wali Nanggroe Malik Mahmud Alhytar menjamu Dubes UEA (9/3).
Di sektor luar negeri, Mualem menunjukkan keseriusan membuka peluang ekonomi. Pada 9-10 Maret, ia dua kali bertemu Duta Besar UEA Abdulla Salem Al Dhaheri dan Direktur Mubadala Energy Abdulla Bu Ali. Pertemuan ini membahas potensi kerja sama energi dan investasi. Pada 15 Maret, ia menerima kunjungan investor Malaysia di bidang kesehatan, Dr. Fetrix, untuk membahas peningkatan layanan kesehatan Aceh.
Isu pembangunan dan kesejahteraan tak luput dari perhatian. Pada 6 Maret, Mualem memimpin rapat layanan kesehatan, disusul pengukuhan Tim Penggerak PKK (7/3). Di Simeulue (8/3), ia melantik bupati setempat dan meninjau langsung verifikasi rumah layak huni. Tak hanya itu, ia turun ke lapangan meninjau calon lokasi pabrik rokok di Aceh Utara (10/3), serta mendampingi anak yatim berbelanja kebutuhan Lebaran di Lhokseumawe (11/3).
Dalam catatan Redaksi Dialeksis, Mualem tampak berupaya menyeimbangkan identitas keacehan yang religius dengan tuntutan pembangunan modern. Langkahnya merangkul investor asing dan memperkuat diplomasi dinilai sebagai sinyal positif bagi ekonomi Aceh pascakonflik. Namun, tantangan terbesarnya adalah memastikan semua agenda tak sekadar seremonial, tetapi berbuah konkret bagi masyarakat.