Minggu, 20 Juli 2025
Beranda / Pemerintahan / Gubernur Aceh Surati Gubernur Massachusetts Harap Lambang Dagang Aceh-Salem Jangan Dihapus

Gubernur Aceh Surati Gubernur Massachusetts Harap Lambang Dagang Aceh-Salem Jangan Dihapus

Sabtu, 19 Juli 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Surat terbuka Gubernur Aceh, Muzakir Manaf kepada Gubernur Negara Bagian Massachusetts, Maura Healey, dan Pemerintah Kota Salem di Amerika Serikat. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh H. Muzakir Manaf secara resmi mengirim surat terbuka kepada Gubernur Negara Bagian Massachusetts, Maura Healey, dan Pemerintah Kota Salem di Amerika Serikat.

Isi surat tersebut berharap agar lambang bersejarah Kota Salem yang menggambarkan hubungan dagang antara Aceh dan Salem pada abad ke-18 tetap dipertahankan sebagai simbol langka dari persahabatan internasional yang telah terjalin lebih dari dua abad lalu.

Surat itu dikirim dari Banda Aceh dengan tembusan kepada berbagai pejabat tinggi Amerika, termasuk Walikota Salem, anggota dewan kota, Senator AS Elizabeth Warren dan Ed Markey, hingga Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim.

Lambang Kota Salem yang kini sedang menjadi perdebatan di Amerika Serikat menampilkan ilustrasi pedagang Asia Tenggara, kapal layar, dan pelabuhan.

Bagi masyarakat Aceh, simbol itu bukan sekadar ornamen visual, tetapi pengakuan sejarah atas peran Aceh dalam jalur perdagangan internasional, khususnya dalam perdagangan lada yang sangat terkenal pada abad ke-18 dan ke-19.

“Selama hampir dua abad, lambang Kota Salem telah menjadi bukti luar biasa atas sejarah persahabatan dan perdagangan lintas samudra antara Aceh dan Salem. Ini adalah simbol kehormatan, bukan stereotip,” tulis Gubernur Muzakir dalam suratnya yang dilansir media dialeksis.com, Sabtu (19/7/2025).

Ia menegaskan, lambang tersebut telah lama melambangkan kemakmuran Salem dan penghormatan terhadap Aceh sebagai mitra dagang penting masa lampau.

Pemerintah Kota Salem saat ini tengah melakukan peninjauan publik atas lambang kota tersebut karena adanya kekhawatiran bahwa gambar pedagang Asia Tenggara bisa dianggap stereotipikal.

Namun dalam suratnya, Gubernur Muzakir Manaf menyampaikan bahwa pelestarian lambang seharusnya dilihat dari sudut pandang historis dan saling menghormati.

“Kami mendukung sepenuhnya dialog publik yang inklusif dan kesetaraan ras, namun kami juga berharap konteks historis dari lambang ini dapat dipertimbangkan secara utuh,” tegasnya.

Ia bahkan menyarankan pendekatan baru dengan bukan penghapusan, melainkan penguatan makna lambang tersebut melalui kolaborasi lintas negara.

Sebagai bentuk konkret penguatan hubungan budaya, Gubernur Muzakir Manaf mengusulkan agar Banda Aceh dan Salem menjalin kemitraan resmi sebagai kota kembar. Inisiatif ini disebut sebagai jembatan diplomasi budaya yang dapat membuka jalan bagi program-program seperti pertukaran pelajar dan seniman, pameran sejarah bersama, eminar sejarah maritim Nusantara-Amerika dan olaborasi pelestarian arsip sejarah dagang Aceh-Salem.

“Daripada menghapus sejarah visual ini, kami mengusulkan untuk memperkuat maknanya melalui kolaborasi pendidikan dan pertukaran budaya,” ujar Gubernur yang akrab disapa Mualem itu.

Hubungan antara Aceh dan Salem telah tercatat sejak abad ke-18, jauh sebelum Republik Indonesia berdiri dan memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Saat itu, kapal-kapal dari Salem berlayar ribuan mil ke Nusantara untuk berdagang lada, dan Aceh menjadi pelabuhan penting dalam rute tersebut.

“Lambang Salem adalah simbol langka hubungan Indonesia-Amerika sebelum diplomasi formal. Ia mencerminkan sejarah perdamaian, perdagangan, dan rasa hormat,” jelas Mualem. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI