DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus menggeber upaya pemulihan akses transportasi nasional yang terdampak bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah Aceh.
Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, PhD, dalam Konferensi Pers Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi, yang digelar di Pusat Informasi dan Media Center Komdigi Aceh, Lobby Kantor Gubernur Aceh, Jumat (5/12/2025).
Abdul Muhari menegaskan bahwa bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah kabupaten di Aceh telah menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur jalan nasional, khususnya di jalur lintas timur, lintas tengah, hingga lintas barat-selatan. Namun, pemerintah memastikan proses penanganan berjalan paralel di berbagai titik.
“Saat ini fokus utama kami adalah memastikan konektivitas antarwilayah tetap terjaga, meskipun dengan jalur alternatif. Penanganan darurat seperti pemasangan jembatan bailey dan perbaikan oprit terus dilakukan dengan target penyelesaian bertahap sepanjang Desember 2025,” ujar Abdul Muhari.
Untuk akses Jalan Nasional Lintas Timur, Abdul Muhari memaparkan bahwa Ruas Meureudu, Pidie Jaya-Bireuen hingga kini masih terputus akibat runtuhnya oprit Jembatan Krueng Meureudu. Saat ini telah dilakukan pemadatan dan penataan oprit sebagai akses penghubung menuju struktur jembatan.
“Target penyelesaiannya kami proyeksikan pada 12 Desember 2025,” jelasnya.
Sementara itu, Ruas Kota Bireuen-Batas Bireuen/Aceh Utara (Krueng Tingkeum) juga masih terputus akibat runtuhnya satu bentang Jembatan Krueng Tingkeum di kawasan Kuta Blang. Saat ini arus lalu lintas dialihkan melalui jalur alternatif Jembatan Bailey di Awe Geutah, meskipun akses tersebut masih terbatas.
Pekerjaan pemasangan jembatan Bailey telah dimulai dan masih menyisakan tiga bentang lagi. Setelah itu akan dilanjutkan dengan penanganan oprit selama sekitar tiga hari.
Sebagai solusi sementara, arus kendaraan dialihkan ke ruas jalan provinsi, melalui Trienggadeng“Meureudu“Ulim“Jangka Buya“Samalanga.
Di jalur Lintas Tengah Aceh, tepatnya pada Ruas Kota Bireuen-Batas Bireuen/Bener Meriah, akses terputus akibat runtuhnya oprit Jembatan Teupin Mane.
Saat ini sedang dilakukan perakitan jembatan Bailey, pengalihan arus sungai, dan penimbunan oprit, dengan target pemasangan pada 10 Desember 2025, dengan catatan debit sungai tidak meningkat drastis.
Kerusakan lebih parah juga terjadi di wilayah Gayo Lues-Aceh Tenggara. Pada Ruas Batas Gayo Lues/Aceh Tenggara-Kota Kutacane, terdapat dua unit jembatan yang putus serta longsoran dan amblas badan jalan. Kondisi saat ini masih menunggu kedatangan jembatan Bailey dari Medan yang dijadwalkan tiba 8 Desember 2025.
Adapun pada Ruas Batas Bireuen/Bener Meriah-Batas Bener Meriah/Aceh Tengah, terdapat lima unit jembatan putus serta longsoran di beberapa titik.
Mobilisasi Bailey akan dilakukan setelah penyelesaian Jembatan Teupin Mane pada 10 Desember, dan ditargetkan mulai dipasang pada 11 Desember 2025.
Untuk wilayah Nagan Raya-Aceh Tengah, tepatnya di Ruas Batas Aceh Tengah/Nagan Raya-Lhok Seumot-Jeuram, akses masih terputus akibat putusnya Jembatan Krueng Beutong dan longsor badan jalan.
Saat ini telah dilakukan pembukaan akses jalan kebun sebagai pendekatan menuju oprit jembatan, dengan target penyelesaian pada 17 Desember 2025.
Sementara itu, pada Ruas Geumpang-Pameu-Genting Gerbang-Simpang Uning, terdapat tiga unit jembatan putus dan longsoran. Penanganan juga masih berlangsung dengan mobilisasi Bailey dan ditargetkan rampung 17 Desember 2025.
Ruas Genting Gerbang-Celala-Batas Aceh Tengah/Nagan Raya memang sudah terhubung, namun saat ini hanya dapat dilalui kendaraan roda dua, karena akses dari Nagan Raya masih dalam tahap perbaikan.
Kabar lebih baik datang dari kawasan Lintas Timur utara, meliputi Lhokseumawe-Aceh Utara-Aceh Timur-Langsa-Aceh Tamiang. Abdul Muhari menyampaikan bahwa Ruas Lhokseumawe hingga Kota Langsa sudah dapat dilalui, meski masih dilakukan pembersihan sedimen dengan target selesai 10 Desember 2025.
Untuk Ruas Kota Langsa-Kuala Simpang, penanganan sedimen ditargetkan rampung 9 Desember 2025. Sementara itu, Ruas Kuala Simpang-Batas Provinsi Sumatera Utara sejak 3 Desember 2025 sudah bisa dilalui semua jenis kendaraan, meski akses sinyal komunikasi masih terbatas.
“Di sejumlah titik kami turunkan alat berat, terdiri dari 4 excavator backhoe, 2 wheel loader, dan 2 motor grader, untuk mempercepat pembersihan material banjir,” ujar Abdul Muhari.
Untuk wilayah selatan, Ruas Kota Kutacane-Batas Provinsi Sumatera Utara juga dilaporkan sudah dapat dilalui.
Abdul Muhari menegaskan bahwa seluruh upaya ini dilakukan melalui koordinasi lintas sektor, mulai dari BNPB, Kementerian PUPR, pemerintah daerah, TNI-Polri, hingga relawan kebencanaan.
“Kami bekerja dengan prinsip tanggap darurat berbasis keselamatan masyarakat. Prioritas utama adalah membuka keterisolasian wilayah, memastikan logistik bisa masuk, dan masyarakat bisa kembali beraktivitas,” tegasnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk terus mengikuti informasi resmi dari pemerintah serta menghindari jalur-jalur yang masih rawan longsor dan amblas.
“Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi. Kami minta masyarakat tetap waspada dan tidak memaksakan diri melintasi jalur yang belum dinyatakan aman,” pungkas Abdul Muhari. [nh]