DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Bidang Pengembangan Usaha dan Kelembagaan (PUPK), Ismail, mewakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, membuka kegiatan pelatihan ekonomi kreatif yang digelar di Hotel Rasamala, Selasa (27/5/2025).
Dalam sambutannya, Ismail menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif sekaligus manfaat nyata bagi pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat Aceh.
Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber utama yang membahas berbagai aspek strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif. Diatantaranya ada CEO BSI, yang akan memebahas tentang kemudahan pembiayaan bagi peleku ekraf dan serta perwakilan dari Kanwil Kemenkumham Aceh yang menjelaskan pentingnya perlindungan kekayaan intelektual dalam mendukung sektor pariwisata.
"Dalam waktu dekat, tepatnya pada kegiatan lanjutan tanggal 3 Juni 2025, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga direncanakan akan membahas isu terkait Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yang merupakan bagian penting dalam perlindungan karya pelaku ekraf," jelas ismail.
Ismail menegaskan bahwa kontribusi ekonomi kreatif terhadap pendapatan negara dan daerah sangat signifikan. Dari 17 subsektor ekonomi kreatif nasional, terdapat tujuh subsektor unggulan. Di Aceh sendiri, subsektor kuliner, kriya, dan fashion menjadi sektor yang paling menonjol. Meski begitu, perkembangan subsektor lain seperti perfilman juga menunjukkan tren positif, dengan banyaknya sineas muda Aceh yang mulai berkiprah di tingkat nasional maupun internasional.
"Pelatihan ini bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan berbagi pengalaman antar peserta. Harapannya, peserta bisa saling mendukung dalam mempromosikan produk dan mengembangkan usahanya," ujar Ismail.
Saat ini, terdapat lima dinas di Aceh yang turut menaungi subsektor ekonomi kreatif, termasuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Melalui kegiatan ini, masyarakat didorong untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas produk secara konsisten agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
"Ke depannya potensi subsektor game akan menjadi perhatian serius pemerintah, mengingat prioritas nasional terhadap pengembangan game lokal.selain itu Aceh sendiri, pada saat ini memiliki 3 Kabupaten/Kota sebagai kota kreatif oleh Kemenparekraf, yakni Kota Banda Aceh (kuliner), Kota Sabang (kriya), dan Kabupaten Bireuen (seni pertunjukan)," kata ismail.
Namun, ia mengakui masih banyak kabupaten/kota lain yang memiliki potensi besar namun belum bisa diusulkan sebagai kota kreatif karena keterbatasan data. Oleh karena itu, ia berharap ke depan akan ada perbaikan sistem pendataan agar pengembangan ekraf di Aceh dapat lebih merata dan terarah.[*]