Legenda Hardtop FJ40 Dijuluki Mobil Penculik di Indonesia
Font: Ukuran: - +
Masyarakat Indonesia pada era 1980 hingga awal 2000 pasti tak asing dengan mobil jip Toyota yang biasa dikenal sebagai hardtop.(Jeremy via Wikimedia Commons (Foto: CC-BY-2.0)
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Masyarakat Indonesia pada era 1980 hingga awal 2000 pasti tak asing dengan mobil jip Toyota yang biasa dikenal sebagai hardtop. Mobil ini identik biasa wara-wiri pada layar kaca terutama perfilman yang punya adegan kejahatan dan aksi.
Maka tidak heran hardtop lekat dengan istilah sebagai 'mobil penculik' bagi masyarakat Tanah Air.
Terlepas dari citra demikian, hardtop merupakan mobil legendaris yang pernah wara-wiri di Indonesia. Mobil ini bergaya jip dan memiliki keunggulan terkait kendalannya dalam melibas berbagai kontur jalan.
Hardtop merupakan nama lain dari Toyota Land Cruiser yang pertama kali rilis di Jepang pada 1951. Amerika Serikat yang disebur memesan langsung mobil ini pada pihak Toyota dan mengganti namanya dengan Jeep BJ.
Karena akan digunakan untuk kendaraan dalam perang, saat test driver Toyota, Ichiro Taira sampai harus mengendarai prototipe Jeep BJ ke tingkat enam Gunung Fuji. Pengetesan sekaligus membuat kendaraan itu menjadi mobil pertama yang berhasil sampai tingkat tersebut.
Nama mobil ini baru berubah pada 1954 saat nama Land Cruiser dikenalkan Toyota secara resmi dan langsung memiliki kompetitor di Inggris, yaitu Land Rover. Keduanya lantas terus berkompetisi sebagai produk mobil jip hingga saat ini.
Seiring perkembangan, Toyota Land Cruiser juga memiliki kembaran, yakni Lexus LX sejak 1996. Sedangkan Toyota Land Cruiser seri FJ40 (hardtop) diluncurkan pada 1960 dan mengaspal hingga 1984 sebelum digantikan dengan generasi berikutnya.
Mulai Masuk Indonesia
Masuknya FJ40 ke Indonesia berawal dari rombongan pejabat militer Indonesia yang mengunjungi Jepang pada 1960. Saat itu mereka terpesona dengan mobil tersebut. Kala itu FJ40 merupakan kendaraan militer Jepang.
Pemerintah Indonesia akhirnya mengimpor mobil ini untuk kendaraan operasional Tentara Nasional Indonesia.
Saat itu, mobil ini terkenal dipakai oleh Resimen Tjakrabirawa, pasukan yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno. Sekarang pasukan ini lebih dikenal dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Masyarakat umum mulai banyak menggunakan Toyota FJ40 setelah mobil ini diproduksi di dalam negeri. Pada 1970, PT Gaya Motor (anak perusahaan PT Astra Internasional Tbk) merakit Toyota FJ40 di Jalan Sulawesi 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
FJ40 diciptakan dalam berbagai varian, seperti Hardtop, Canvas Top dengan short dan medium wheelbase, Pick-up dengan short dan long wheelbase, Station Wagon, serta Troopcarrier.
Nama hardtop ini juga yang akhirnya lebih dikenal luas masyarakat terhadap Land Cruiser FJ40. Hardtop bisa diartikan sebagai mobil yang memiliki atap dengan material keras.
Menurut Seva, produksi di Indonesia saat itu hanya ada versi hardtop tiga pintu. Sementara versi Canvas Top lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer. Jadi ini awal mula kenapa banyak masyarakat Indonesia yang malah menyebutnya sebagai Toyota Hardtop.
Alasan Melegenda
Mobil ini terbilang menjadi salah satu yang dikatakan melegenda di antara produk otomotif lain. Alasannya bukan cuma sebatas kerap digunakan pada industri perfilm-an saja.
Melainkan juga mobil itu pernah menjadi kendaraan militer. Kemudian memiliki desain bergaya jip yang pada era itu sangat populer. Mobil ini juga dibekali rangka dan bodi kokoh. Keduanya menggunakan baja solid, sehingga tetap stabil saat melintasi medan jalan yang terjal.
Di kalangan off-roader, ada pula yang ditambah dengan roll bar untuk alasan keamanan, sehingga saat mobil terguling, baik pengemudi dan penumpang tetap terjaga keselamatannya.
Selain itu mobil tersebut juga dikenal karena memuliki tenaga besar. Toyota FJ40 yang ada di Indonesia menggunakan mesin seri F OHV 6 silinder segaris berkapasitas 3.878 cc.
Pada 1975 Toyota mengganti mesin F nya dengan 2F yang masih bensin OHV 6 silinder segaris dengan kapasitas mesin 4.230 cc. Keduanya menggunakan bahan bakar bensin. Transmisi yang digunakan manual 4 percepatan dengan sistem 4Ö4 part time.
Mesin ini menghasilkan tenaga maksimal hingga 93 daya kuda dan sanggup digeber hingga 140 kilometer per jam. Karena kekuatannya pula banyak kru film atau rumah produksi yang memanfaatkan Toyota FJ40 sebagai penarik genset.
Mobil ini juga dikatakan hampir tidak memiliii fitur canggih. Semuanya masih serba manual tanpa peralatan elektrik yang berpotensi menyusahkan apabila mobil tersebut sedang diajak menelusuri hutan, off-road, atau bahkan terjebak di lumpur.
Meski begitu FJ40 punya keungggulan yakni daya tahan, baik bagian mesin maupun kaki-kakinya. Jarang pengguna mobil itu yang mengeluh mobilnya rusak terutama pada area itu.
Jadi Barang Koleksi
Jika dahulu orang 'takut' dengan mobil tersebut, tapi kini FJ40 banyak diincar oleh kolektor. Bahkan kini mobil tersebut banyak didayagunakan sebagai kendaraan wisata, salah satunya di kawasan Bromo.
Sedangkan untuk harganya, siapapun yang berminat tentu perlu menguras kantong karena dipastikan tidak murah. Harganya berdasarkan penelusuran pada situs jual beli mobil bekas ada di atas Rp100 juta, sedangkan kalau sudah restorasi dan orisinil, bisa tembus di atas Rp300 juta. (CNN Ind)