Beranda / Opini / Refleksi 74 Tahun HMI 'Bangga Namun Perpecahan Terus Berdansa'

Refleksi 74 Tahun HMI 'Bangga Namun Perpecahan Terus Berdansa'

Sabtu, 06 Februari 2021 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Sherly Maidelina

DIALEKSIS.COM | Langsa - 74 Tahun sudah, Himpunan Mahasiswa Islam ini berdiri, tak hanya tua namun diharap semakin membanggakan saja. Sejak 5 Februari 1947 berdiri, HMI hadir hampir tanpa cela, dari doktrin sejak awal mula pengkaderan LK I sebagai syarat menjadi anggota HMI, misi Ke- Islaman dan Ke-Indonesiaan yang ditekankan harusnya cukup sebagai modal awal mempersiapkan kader yang akan mengisi pembangunan di Indonesia. 

"Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT" adalah cita-cita mulia yang masih berlaku hingga saat ini. 

Bangga, hampir sebagian besar kader mengaku bangga menjadi anak HMI meski telah alumni. Himpunan yang menjadikan Iman, Ilmu dan Amal sebagai Nilai Dasar dalam melakukan pergerakan/ perjuangan ini memang matang dalam konsep mengkader generasi penerusnya. 

Diujung barat Indonesia, rasa kagum pada salah satu Alumni HMI Banda Aceh yaitu Almarhum Kanda Ridha Ramli tak pernah terlupai. Meski raga beliau sudah tak terlihat, namun spirit dan rasa cinta yang ia tunjukkan dan dedikasikan sepanjang hayat telah paripurna untuk dikenang sepanjang masa. 

Andai , ia bisa ditiru dan tak hanya dikenang cara ia mencintai himpunan tersebut, mungkin tak akan ada pesta dansa yang masih meriah dengan judul “perpecahan”. 

Bangga sebagai kader namun perpecahan terus berdansa. Hampir tak ada formula untuk bisa menyatukannya, meski telah diupayakan sekuat tenaga. 

HMI yang memiliki catatan alumni-alumni hebat , sebutlah bang Anies Baswedan, gubernur rasa Presiden ini memang membanggakan, namun juga tak terlalu berkuasa untuk menyatukan hati-hati kader aktif saat ini yang masih asyik berdansa. 

Perpecahan dari atas yaitu Pengurus Besar (PB) HMI terus ditiru dan dijadikan senjata ampuh untuk dilanjutkan hingga tingkat Komisariat yang bisa ditiru HMI se Indonesia. Entah apa tujuannya, padahal HMI adalah sebuah wadah berhimpun untuk mencari ilmu, untuk mempersiapkan diri dengan bekal-bekal yang akan dibawa nanti pada saat mengisi pembangunan. 

HMI bukan organisasi politik, HMI bukan organisasi yang menghasilkan pundi-pundi duit, namun mengapa haus kekuasaan hingga melestarikan perpecahan menjadi salah satu daya tarik. 

Harusnya berlomba-lomba mempertontonkan kegiatan pengabdian ke masyarakat, rasa prihatin terhadap Negeri, dimana keadilan hampir sulit berpihak pada kaum marjinal karena pertama sekali memasuki HMI, rasa prihatin terhadap negerilah yang ditanamkan ke kepala para peserta training. Bukan tentang bagaimana meraih jabatan menjadi Ketua Umum dengan segala cara meski harus berpecah atau berdarah-darah.

Ketidaksanggupan yang akhirnya para peserta berguguran ketika training adalah rasa tidak sanggup menahan lapar, tidak kuat berpikir kritis atau tidak sanggup menahan rasa kantuk dan itupun hanya sedikit saja jumlahnya. Ketika diberikan pengertian tentang semua tujuan baik dari sistem perkaderan tersebut, peserta yang hendak gugur pun bersedia masuk kembali dan akhirnya resmi dibaiat menjadi anggota HMI. 

Di Baiat untuk bersumpah menjaga nama baik Himpunan, tunduk pada AD/ART dan berbuat demi mencapai tujuan HMI dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. 

Kini, sebagai salah satu alumni yang juga pernah berusaha untuk dapat menduduki posisi Ketua Umum, hampir tak pernah terpikirkan untuk meraih jabatan Ketum dengan membelah organisasi. Dengan membingungkan masyarakat , mengapa ada dua nama dalam jabatan yang sama. 

Masyarakat yang tak pernah tahu menahu tentunya bahwa ada dua HMI, kenapa bisa, bernama organisasi sama tapi dua orang yang berbeda. Media berita pun bingung dibuatnya, mereka yang hobby dan nyaman memelihara perpecahan, mereka yang mempermainkan struktur organisasi dan AD ART nya. 

Kota Langsa, upaya untuk menyatukan dua Ketua Umum HMI hingga saat ini belum juga bisa terealisasi, segala upaya mediasi telah dilakoni Alumni yang merasa turut berkewajiban membenahi pola pikir salah adik-adiknya. Namun sia-sia. Tak hanya Kota Langsa, hal terjadinya dualisme Kepemimpinan juga merasuki cabang-cabang lainnya di penjuru Negeri, karena ada celah, ada jalan dalam mengambil kesempatan dengan dualisme di tingkat paling tinggi yaitu PB HMI.

Belum selesai masalah dualisme kepemimpinan di Kota Langsa, Aceh Timur juga membuat ulah yang membingungkan, terbentuk HMI dengan menggunakan kader yang lain di jalur Koordinasi dan pengkaderan tingkat PB. 

Sebagai imbas sejarah perpecahan awal mula di masa Presiden Soeharto, konflik asas tunggal di tahun 1985 , membuat HMI pecah menjadi dua di tahun 1986, disebut HMI Dipo yang sekarang menjadi PB HMI , berpusat di Jakarta, dan satu lagi HMI MPO yang berpusat di Jogjakarta. 

Namun kedua hasil pecahan tersebut tetap dikenal masyarakat bernama satu yaitu HMI dan hingga kini 35 tahun sudah masih belum mau bersatu. 

Meski HMI MPO dan DIPO memiliki AD ART masing-masing yang tak lagi saling berkoordinasi, bahkan juga memiliki pengkaderan masing-masing. Versi Dipo selama ini lebih merata ada di seluruh penjuru negeri, namun versi MPO, lebih banyak ditemui di pusatnya yaitu Kota Jogjakarta. 

Aceh sendiri, dari dulunya bergaris koordinasi versi Dipo, namun mungkin demi meluaskan jaringan dan mempermudah proses pembentukan, segenap kader HMI Langsa yang berdomisili di Kabupaten Aceh Timur malah merubah haluan menjadi versi MPO, membentuk HMI Cab Aceh Timur dengan jalur koordinasi yang berbeda, entah apa tujuannya, ataukan dirasa demikian bermanfaatnya, yang jelas ada aturan yang telah dilanggar disana. 

74 tahun sudah, usia yang senja namun kader terus berganti . Yang mudalah memegang posisi, yang masih bersemangat juang tinggi, meski harus menabrak aturan dasarnya sendiri. Telah dinasehati, telah diberi konsekuensi dan pemahaman bahwa tak ada perpecahan yang tergolong indah, namun apakah akan berakhir pesta dansa perpecahan tersebut menjelang Kongres HMI yang rencananya akan diselenggarakan tahun ini. Semoga. Yang jelas Bersatu kita Teguh, Bercerai Kita runtuh. 

Penulis: Sherly Maidelina ( Mantan Ketua Umum KOHATI HMI Cab Langsa 2007) .

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda