Mengapa Pendidikan Politik Penting Bagi Pemilih Pemula?
Font: Ukuran: - +
Penulis : Feri Irawan
Feri Irawan, S.Si., M.Pd, Kepala SMKN 1 Jeunieb. [Foto: for Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Tahun 2024 Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar dalam sejarah. Seluruh rakyat Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia (14 Februari 2024), dan selanjutnya memilih wakil rakyat yaitu DPR RI, DPD RI, DPR Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota (27 November 2024).
Berdasarkan data pemilih sementara (sumber KPU, Juli 2022), jumlah pemilih sebanyak 185.994.249 jiwa. Dari jumlah ini didominasi pemilih muda berusia 17-40 tahun dengan jumlah sekitar 107 juta jiwa atau 55 persen dari total pemilih sementara. Dan sekitar 428.799 orang tercatat sebagai pemilih pemula.
Hal ini menunjukkan bahwa suara kaum milenial ini sangat penting, karena jumlahnya mencapai lebih dari 50% pemilih. Pemilih milenial adalah warga negara yang sudah memiliki hak memilih dalam pemilu dengan rentang usia 17 sampai 40 tahun. Pemilih milenial ini terdiri dari pemilih pemula dan pemilih muda. Pemilih pemula ini merupakan pemilih yang baru mendapatkan KTP dan akan menggunakan hak pilih untuk pertama kali dalam pemilu.
Jumlah pemilih milenial yang sangat siginifikan ini tentu akan menjadi incaran banyak partai politik. Fakta ini membuat pemilih milenial memegang peran besar yang bisa menentukan hasil pemilu serentak nantinya dan memastikan masa depan negara lima tahun ke depan. Pemilih pemula diharapkan memberikan kontribusi positif, berperan aktif, dan menjadi pemilih cerdas bagi kemajuan Indonesia.
Harapannya, kelompok yang masih memiliki idealisme tinggi ini bisa menyatakan bagaimana berpolitik yang bersih, tanpa money politic, tanpa hoax, dan tanpa ujaran kebencian. Kelompok ini memiliki karakteristik tersendiri dan berpengaruh dalam menentukan siapa calon pemimpin bangsa. Ciri pemilih generasi ini yaitu critical (berpikir kritis), change (perubahan), communicative (mengkomunikasikan pilihannya dengan pihak lain), serta community (tergabung dalam komunitas) atau disingkat dengan 4C.
Namun demikian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat memilih pemilih pemula nantinya. Faktor itu berupa rasa tanggung jawab, kesadaran diri sendiri terhadap minat memilih, berita di media sosial, debat kandidat, sosialisasi, dan pemberian hadiah. Oleh karena itu, penyelenggara pemilu perlu menyosialisasikan pemahaman yang baik mengenai pemilu kepada para pemilih pemula.
Mengapa perlunya edukasi kepemiluan bagi pemilih pemula?
Karena salah satu parameter keberhasilan pemilihan, yaitu tingginya partisipasi masyarakat untuk hadir pada TPS. Berdasarkan fakta pemilu sebelumnya, pemilih pemula yang kebanyakan dari kalangan pelajar masih kurang kesadaran untuk mempergunakan hak suaranya untuk datang ke TPS.
Permasalahan lainnya yang sering muncul pada pemilih pemula biasanya mereka hanya memilih berdasarkan subyektifitas bukan berdasarkan obyektifitas. Mereka cenderung memilih atas kerupawanan calon, ikut-ikutan teman, bukan berdasarkan visi misi yang dimiliki oleh seorang calon.
Selanjutnya » Pentingnya Generasi Peduli Politik Tang...