Beranda / Opini / Memahami Definisi Politik

Memahami Definisi Politik

Rabu, 18 Juli 2018 20:04 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. (Ist)

Oleh Helmi Mahadi, M.A*

"Ada apa dengan cinta? Tapi aku pasti akan kembali dalam satu purnama. Untuk mempertanyakan kembali cintanya. Bukan untuknya, bukan untuk siapa tapi untukku karena aku ingin kamu, itu saja."

Kutipan diatas diambil dari dialog film drama Ada Apa Dengan Cinta?. AADC ini sangat populer pada  remaja di era `90-an dan awal 2000. Film drama ini sangat digandrungi oleh generasi saat itu bahkan untuk melepas kerinduan para penggemar masih diulangi tanyang di serial TV Nasional.

Keunggulan film ini hanya terletak pada dialog tiap pemainnya yang dialogis dalam ungkapan emosi yang dibungkus bahasa Indonesia yang puitis,...salah satunya dikutip puisi Bapak Revolusi Indonesia Chairil Anwar dengan judulnya "Aku".

Inilah ungkapan politik yang dibungkus dengan bahasa puitis. Dasarnya adalah kepentingan monolog menjadi dialogis. Definisi politik adalah sejatinya "kepentingan". Tidak ada politik selain kepentingan. Uraian ini sangat dramatis bila dirinci lebih detail lagi. Karena itu, politik adalah lintas disiplin ilmu pengetahuan-knowledgement interdiciplinary.

Politik akan menjadi indah hal yang mencemaskan dibungkus dengan nada puitis yang terbungkus dalam semangat kepedulian terhadap kemanusiaan. Satu sisi, bagi orang lain yang sudah sangat paham akan politik akan jemu dan bosan bila tidak ada perubahan dan kemajuan. Pada akhirnya, menjadi apolitis-tidak peduli pada lingkungan sekitarnya dan cenderung individualis.

Terkait persoalan tersebut, seolah politik terjadi dari hitungan angka-angka misalnya satu tambah satu menjadi sebelas ataupun sepuluh tambah sepuluh menjadi seratus. Sisi lainnya, politik menjadi barang langka dibicarakan dan dianalisis karena hasilnya sudah diketahui dan dipahami. Untuk lebih konkritnya, dapat dilihat pada prinsip politik. Bagaimana dialogis ini bisa terjadi,...bukankah urat leher semakin menjoros keluar kulit leher untuk menjadi pemenangnya. Artinya, siapa yang punya suara keras dialah pemenangnya dalam memahami angka-angka tematis politis tersebut.  

Ciri-ciri definisi politik adalah hakikatnya bagaimana menjelaskan satu pokok persoalan menjadi mudah dipahami orang lain dengan singkat dan jelas. Perseteruan dan perselisihan dalam menentukan suatu kesepakatan untuk mencapai suatu tujuan kepentingan bersama adalah hal yang umum terjadi. Bahkan harus dilalui dan dijalankan perbedaan pendapat tersebut.

Dinamika inilah sumber petaka: "persoalan ataupun penyelesaian" dalam suatu interaksi sosial. Tanpa melalui proses perbedaan pendapat maka kesepakan dalam suatu tujuan kurang bermutu dan berkesan sebagai proses pembelajaran bersama. Singkatnya, kehidupan dalam masyarakat adalah dinamis senatiasa berubah dan berkembang. Secara naturalis, akan menjadi tata krama dalam berinteraksi sosial, politik, ekonomi dan budaya suatu masyarakat.  

Dalam kerangka itulah, setiap bekerjasama untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kebaikan bersama dalam konteks berdemokrasi yang dikembangkan menjadi terakumulasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Standarnya, adalah kemampuan manajerial dalam menguasai suatu pokok persoalan baik berbasiskan pengalaman maupun pendalaman suatu ilmu tertentu. Tidak ada yang dominan dalam menentukan suatu kesepakan bersama. Hanya ada kepentingan bersama. Keluar dari jalur kepentingan bersama adalah pencundang. Yang menentukan kemenangannya sendiri tanpa melalui jalur kesepakan bersama yang dilingkupi asas kemanusiaan. Karena itu, politik menjadi bermakna bila segala kepentingan berlandaskan kepentingan asas kemanusian yang dibingkai dalam tujuan bersama.

Bercermin dalam perbedaan kelompok ras, agama dan pandangan politik hendaknya disikapi secara dewasa. Karenanya, perbedaan tersebut adalah kenyakinan status sosial. Lintas batas interaksi sosial dan budaya dalam masyarakat merupakan anugerah tak ternilai. Inilah modal sosial dalam pembangunan kebangsaan dan kenegaraan.

Naluriah perbedaan pandangan tersebut menjadi penting adanya sekolah-sekolah yang memiliki kurikulim politik yang diberdirikan dan diajarkan secara kaffah dan Katam supaya mindset-pola pikir dimana pun kita berada mampu mengadopsi nilai-nilai normatif kemanusiaan. Sebaliknya, tidak mind absent – pola pikir kabur melihat realitas dalam interaksi sosial baik pada level institusi formal maupun non formal. Hakikatnya, tiap individu adalah homo homini socius -  manusia adalah sahabat bagi sesamanya, bukan homo homini lupus – manusia serigala bagi sesamanya. Filosofis ini dikembangkan oleh para akademis politik. Tujuannya, agar tiap individu belajar politik, sejatinya untuk kemuliaan kemanusiaan bukan untuk berperang.[]

* Kassubag Pengelolaan Informasi, Publikasi dan Analisis Humas Sekdakab Gayo Lues

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda