Beranda / Opini / Kekuasaan Nova Ada Masanya!

Kekuasaan Nova Ada Masanya!

Minggu, 08 Agustus 2021 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengamat Politik dan Pemerintahan sekaligus Peneliti Jaringan Survei Inisiatif (JSI) dan Alumni Magister Ilmu Politik dan Pemerintah UGM, Farnanda M.A. [Foto: Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Semuanya itu sudah menjadi catatan sejarah, roda akan berputar diikuti perkembangan zaman.

Akankah Nova Iriansyah menjadi ketua DPD Partai Demokrat Aceh? Pemilihan Nova secara aklamasi nampaknya mengalami kendala. Peta kekuatan dukungan mulai berubah.

Ditundanya Musda ke V DPD Demokrat Aceh pada pertengahan Juni lalu, karena pandemi melanda negeri ini, telah membuat dinamika di kalangan pengurus DPC Demokrat Aceh mengalami perubahan.

Sebelumnya, ketika akan dilangsungkan Musda Demokrat, para DPC terlihat solid dan dukungan penuh kepada Nova secara tertulis sangat kuat. Nova akan menjadi ketua Demokrat secara aklamasi. Namun kini sudah terbelah dua kubu.

Direncanakan Musda ke V Demokrat akan dilangsungkan pada minggu pertama September 2021 ini. Munculnya dua kubu ini membuka peluang pelaksanaan Musda Demokrat dipercepat, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan dilaksanakan di Jakarta, bisa jadi pertimbanganya karena “keamanan”.

Apa apa? Mengapa peta politik di bintang mercy provinsi Aceh ini tiba tiba berubah. Semuanya berawal dari sikap Nova. Kekuatan Nova sudah mulai temaram, remang-remang, menjelang senja. Kekuasaan itu ada masanya.

Perubahan itu terjadi dan berawal dari sebuah forum konsolidasi dan silaturrahmi bersama DPC-DPC di Restoran Meuligoe (Pendopo) Gubernur. Dalam pertemuan itu Nova “melepaskan peluru” yang sulit dipridiksi kemana arahnya.

Apakah Nova ingin menguji kesetian pendukungnya, lalu dia bermanuver dengan melepaskan “peluru” panas. Dalam pertemuan itu Nova menyebutkan dia tidak berniat lagi untuk mencalokan diri sebagai ketua DPD Demokrat. Selain itu muncul juga kalimat dari Nova soal kedekatanya dan hubungan baik dengan Moeldoko.

Apakah Nova ingin mengecek ketinggian ombak, dan melihat peta kekuatanya? Namun yang pasti, paska pertemuan di pendopo ini, pernyataan Nova menjadi pembicaraan di kalangan partai bintang mercy. 

Anginpun berhembus, hingga sampai ke telinga DPP Demokrat di Jakarta. Kata-kata kedekatan dengan Moeldoko menjadi pemicu. Moeldoko adalah sosok yang mengutak-atik, perusak Partai Demokrat di bawah pimpinan AHY. 

Pernyataan Nova dekat dengan Moeldoko, bagaikan ingin bertarung dengan DPP Demokrat (AHY). Sikap Nova ini menjadi catatan merah.

DPP Demokrat dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan untuk “mendepak” Nova dari Partai biru bintang mercy ini. Perkembangan ini ternyata mempengaruhi para DPC Demokrat di Aceh.

Para DPC yang selama ini solid dan menyatakan dukunganya ke Nova, kini benar benar terbelah. 13 DPC tidak lagi percaya kepada Nova dan mengalihkan dukunganya kepada kepada Muslim,SHI,MM, anggota DPR-RI Komisi IV Dapil Aceh 2.

Ada 10 DPC yang “masih” berada di kubu Nova. Pidie,Pidie Jaya, Bener Meriah, Aceh Tengah, Nagan Raya, Abdya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil dan Aceh Tamiang. Bahkan ada beberapa DPC yang sebelumnya, seperti Tamiang, menarik dukunganya dari Nova.

Terbelahnya dua kubu dalam menjagokan siapa memimpin DPD Demokrat Aceh, membuka peluang kepada Nova untuk berpikir dan berhitung bila kembali ikut kompetisi pemilihan ketua. Tidak tertutup kemungkinan Nova akan mundur dalam pertarungan pimpinan ini.

Kekuatan Nova melemah, setelah dukungan yang mengalir ke Muslim lebih besar dari dukungan buat Nova. Bila ini benar-benar terjadi, Nova akan kehilangan kekuatan penopang kekuasaanya, dimana selama dia menjabat sebagi ketua Demokrat Aceh.

Di Aceh sendiri nuansa politik yang mengarah kepada Nova terus menggeliat. Ada pembahasan soal turunya KPK ke Aceh. Riuhnya Pansus DPRA menyangkut persoalan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBA T.A. 2020 dan BPBJ.

Dilain sisi kini hangat dibicarakan masyarakat soal sikap Sekda Aceh yang super “nekat” melanggar aturan dalam penggunaan dana Covid-19 anggaran tahun 2020. Sekda menyatakan dana refocussing yang penggunaannya boleh untuk selain penanggulan Covid-19. 

Pernyataan Sekda Aceh ini membuat Dirjen Keuangan Mendagri, Mochamad Ardian terkejut, dan menyatakan pernyataan Sekda ini diluar aturan. Karena aturan penggunaan dana Covid-19 sudah jelas regulasinya.

Selain itu, Mendagri juga menegur Gubernur Aceh soal dana Covid-19, karena belum sepenuhnya membayar uang insentif Nakes. Hingga Juli 2021 baru 13,97% yang disalurkan. 

Apa yang akan dilakukan Nova di tengah hingar bingar pembahasan sejumlah persoalan ini? Tentunya Nova tidak tinggal diam, dia juga akan bergerak. Kita tunggu saja jurus apa yang akan dimainkanya.

Setiap manusia ada masanya, dan setiap masa ada manusianya. Apakah masa kejayaan Nova akan berahir? Perputaran waktulah yang akan menjawabnya. [Farnanda]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda