kip lhok
Beranda / Opini / Kecerdasan Ganda Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Kecerdasan Ganda Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Rabu, 19 Juli 2023 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Dr. Saifullah Isri, S. Pd. I.,MA Dosen UIN AR-Raniry Banda Aceh dan Direktur Lentera Aceh Institute


DIALEKSIS.COM | Opini - Kecerdasan ganda atau sering disebut dengan multiple intelligence merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Konsep ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan, seperti kecerdasan bahasa (linguistic), logis-matematika, kinestetik, visual-spasial, musikal, interpersonal, dan intrapersonal. Dalam perspektif pendidikan Islam, kecerdasan ganda sangat penting untuk mencapai tujuan utama pendidikan, yaitu mencapai keseimbangan antara pembentukan akhlak, keterampilan, dan pengetahuan.

Dalam al-Quran, terdapat beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan bakat yang berbeda-beda. Pendidikan Islam memiliki pandangan yang unik tentang kecerdasan ganda. Konsep kecerdasan ganda dalam Islam berasal dari ayat suci al-Quran yang mengatakan bahwa setiap manusia diberikan kecerdasan oleh Allah SWT.

Namun, kecerdasan tersebut tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan emosional dan sosial. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan keutamaan kepada orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, yang dapat mencakup berbagai jenis kecerdasan.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 31, Allah berfirman: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya…” , Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kecerdasan linguistik-verbal kepada Adam, yang merupakan bapak manusia. Dalam surat al-An’am ayat 95, Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah memecah biji-bijian dan biji kurma (menjadikan keduanya tumbuh). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang demikian itu adalah Allah; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”, Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kecerdasan naturalis kepada manusia, yang dapat mengamati dan memahami hukum alam yang diciptakan oleh Allah Swt.

Berdasarkan dalil di atas, pendidikan Islam menempatkan kecerdasan ganda sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, guru harus mengidentifikasi dan memfasilitasi kecerdasan ganda siswa agar mereka dapat mencapai potensi terbaik mereka.

Hal ini sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw yang mengakui adanya perbedaan potensi dan bakat di antara manusia, misalnya, dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw, menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi dasar yang sama, namun dapat berkembang menjadi berbeda tergantung pada pengaruh lingkungan dan pendidikan.

Dalam hadits lain riwayat Abu Dawud, Nabi Muhammad saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin menjadi pandai dalam urusan dunia, hendaklah ia belajar ilmu aritmatika”. Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. menghargai kecerdasan logis-matematika sebagai salah satu ilmu yang berguna untuk kehidupan dunia.

Sisi lain dalam perspektif pendidikan Islam, kecerdasan ganda juga berperan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dengan mengembangkan kecerdasan linguistik, siswa dapat mempelajari dan memahami ajaran Islam dengan lebih baik dan dapat menyampaikan pesan-pesan Islam dengan lebih efektif. Kecerdasan logis-matematika dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan interpersonal dan intrapersonal membantu siswa dalam membangun hubungan yang baik dengan orang lain dan memahami diri mereka sendiri secara lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral dan spiritual siswa dalam membentuk karakter sehingga memiliki akhlak yang baik. Begitu juga dengan mengembangkan kecerdasan musikal dan visual-spasial, siswa diharapkan dapat menghargai keindahan ciptaan Allah dan memperdalam pemahaman mereka tentang agama Islam.

Oleh karena itu, pendidikan Islam harus memberikan perhatian khusus pada pengembangan kecerdasan ganda siswa dan memfasilitasi proses pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi dalam semua jenis kecerdasan. Di sisi lain, Pendidikan Islam juga memiliki pandangan yang unik tentang kecerdasan ganda. Konsep kecerdasan ganda dalam Islam berasal dari ayat suci al-Quran yang mengatakan bahwa setiap manusia diberikan kecerdasan oleh Allah SWT, namun kecerdasan tersebut tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan emosional dan sosial.

Dalam Islam, kecerdasan ganda disebut sebagai “al-fikr al-jami” atau pemikiran yang holistik. Pemikiran holistik berarti bahwa seseorang harus mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif. Pemikiran holistik juga menuntut seseorang untuk mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan, agama, dan moralitas dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu contoh konkrit dalam pendidikan Islam yang mengintegrasikan kecerdasan ganda adalah sistem pendidikan pesantren. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, dan sejarah. Selain itu, pesantren juga mengajarkan keterampilan praktis, seperti pertanian dan pengolahan makanan. Dengan demikian, pesantren mampu membentuk manusia yang memiliki kecerdasan ganda dan siap menghadapi tantangan dunia modern.

Selain itu, kecerdasan ganda juga ditekankan dalam ajaran Islam melalui konsep “taqwa”. Taqwa dapat didefinisikan sebagai kesadaran seseorang terhadap keberadaan Allah SWT dan tindakan yang dilakukan berdasarkan ketakwaan tersebut. Taqwa memerlukan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan, agama, dan moralitas dalam tindakannya sehari-hari. Dengan demikian, taqwa juga dapat diartikan sebagai kecerdasan ganda dalam perspektif Islam.

Oleh karena itu kecerdasan ganda dalam perspektif pendidikan Islam dapat diwujudkan melalui berbagai macam metode pembelajaran. Salah satu metode yang efektif adalah pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara bersamaan. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan kerjasama, kreativitas, dan inovasi sehungga dapat mengembangkan potensi manusia secara optimal dan menghadapi tantangan dunia modern serta siap menghadapi tantangan masa depan.


Penulis 

Dr. Saifullah Isri, S. Pd. I.,MA Dosen UIN AR-Raniry Banda Aceh dan Direktur Lentera Aceh Institute


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda