Hari Pers Nasional, Urgensi Media Massa Berinovasi di tengah Era Disrupsi Informasi
Font: Ukuran: - +
Penulis : Alif Alqausar
Alif Alqausar, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Kemajuan teknologi informasi membawa tantangan besar bagi industri media, terutama dalam menghadapi disrupsi digital. Data Digital News Report 2024 dari Reuters Institute for the Study of Journalism menunjukkan bahwa konsumsi berita mengalami pergeseran. Riset itu dipublikasikan setelah separuh warga mengikuti pemilihan umum di negara masing-masing serta ketika dunia diguncang perang di Ukraina dan Gaza.
Temuan kunci dari penelitian di 47 negara, termasuk Indonesia, itu menunjukkan hanya 22 persen responden mengidentifikasi situs berita sebagai sumber utama berita daring. Kelompok warga berusia lebih muda makin jauh dari media massa. Di sisi lain, empat dari 10 responden atau 39 persen kadang atau sering menghindari berita yang digambarkan sebagai hal menyedihkan, terus diulang, dan membosankan.
Riset Reuters tersebut juga memperlihatkan bahwa ternyata orang tetap terpapar lebih banyak konten berita lewat video pendek di Youtube, Tiktok, atau Whatsapp. Video itu disiarkan oleh pembuat konten atau pemengaruh. Dua fenomena terakhir kontradiktif. Warga disebut makin jarang membaca berita, tetapi pemengaruh yang terkadang memberitakan hal berita sesat disimak oleh jutaan pengikut.
Disrupsi teknologi kian menggerus pundi-pundi pewarta, kerja-kerja jurnalistik tetap menjadi nyawa sekaligus warna di tengah lautan informasi. Kreativitas dan inovasi para kuli tinta pun kian diuji dalam ombak, bahkan terpaan badai digitalisasi.
Dalam momentum peringatan Hari Pers Nasional 2025 (HPN 2025) yang jatuh pada 9 Februari, Banyak pikiran bisa kita refleksikan. Salah satunya, kian mendesaknya media massa untuk inovatif untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Saat ini penting bagi media arus utama mendekatkan diri kepada kelompok milenial sekaligus generasi Z supaya mereka mengetahui dan mengenal mediaarus utama.
Mengutip artikel “Apa Kabar Inovasi dalam Jurnalisme”, Ignatius Harianto menuliskan jurnalisme hari ini banyak berubah. Bagaimana berita dibuat, bagaimana berita dikemas, bagaimana berita didistribusikan, semua mengalami perubahan.
Ignatius menekankan romantisisme atas kesuksesan media cetak di masa lalu mungkin juga jangan berlebihan ditunjukkan karena hari ini pun ada banyak karya jurnalistik yang bagus walau dikemas dalam bentuk media daring atau media lainnya.
Yang diuntungkan apabila karya jurnalistik melakukan inovasi menurut Ignatius diantaranya: pertama,industri media itu sendiri dan para pihak yang ada di dalamnya; kedua, publik atau khalayak dari media itu.
Media akan terus eksis sejauh ia dirasa relevan oleh masyarakat. Ia akan dirasa relevan ketika terus mengangkat hal-hal yang jadi perhatian khalayak. Jadi, tantangan media hari ini adalah bagaimana menjadikannya tetap relevan di tengah masyarakat yang juga berubah.
Masyarakat memang tak mudah ditebak apa maunya, kemauannya selalu berubah, tak beku, cair, terkadang tak punya ”kesetiaan” pada suatu isu tertentu, pada merek media tertentu. Namun, khalayak ini tetap manusia yang terus mencari informasi yang mereka butuhkan.
Informasi memang melimpah hari ini. Daya tahan kita untuk menampung semua informasi itu, msnurut Ignatius, sangat terbatas sehingga lalu ada proses seleksi, disitulah media massa mengambil peran.
Perspektif lainnya muncul dari Lucy Kung, Guru Besar Manajemen Media dari Universitas J—nk—ping, Swedia, menyebutkan bahwa kunci penting untuk melakukan adaptasi dalam situasi lingkungan yang berubah adalah kreativitas (Strategic Management in the Media, 2008).
Kreativitas adalah motor perubahan dari segala bisnis, dan ide kreatif memberi bahan dasar untuk kemunculan produk baru, ide baru, dan prosedur baru. Produk baru, ide baru, dan prosedur baru adalah fondasi penting bagi organisasi untuk beradaptasi, berkembang, dan berkompetisi.
Fakta suram data Digital News Report dari Reuters terkait keberlangsungan media patut menjadi bahan renungan untuk industri pers untuk mengenali khalayak pembacanya. Jangan sampai para pelaku industrinya asyik sendiri dan justru lupa pada publik yang dilayaninya. Jika ingin bangkit menyelamatkan jurnalisme dan bisnis terkait, saatnya para pelakunya melihat ke dalam diri sendiri dan berbenah.
Semoga pada peringatan Hari Pers Nasional ini menjadi momentum bagi insan pers untuk terus beradaptasi dan memperkuat komitmen mereka dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas, menghibur, dan mencerahkan masyarakat. [**]
Penulis: Alif Alqausar (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Berita Populer
![lampoon bintaro](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-23-at-09.52.24.jpeg)
![utu](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(16).jpg)
![dispora](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(13).jpg)
![DPKA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(5).jpg)
![DSI](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(2).jpg)
![dinas pangan](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/ULtah-dialeksis.jpg)
![BPMA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(17).jpg)
![Toko Mas Sara](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Biru-Gradasi-Elegan-Ucapan-Selamat-Ulang-Tahun-Kiriman-Instagram-(3).jpg)
![T.heri](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(9).jpg)
![unimal](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(8).jpg)