Beranda / Berita / Nasional / Menteri Keuangan RI: Didrupsi Digital tidak Selalu Positif

Menteri Keuangan RI: Didrupsi Digital tidak Selalu Positif

Sabtu, 22 Agustus 2020 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani mengatakan disrupsi digital yang saat ini terjadi secara masif tidak selalu membawa hal positif sehingga tantangan terbesarnya adalah perlu dibangun ekosistem yang sehat.  

Hal tersebut ia sampaikan pada acara Kongres Kedua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang berlangsung secara virtual, yang bertajuk 'Membangun Ekosistem Media Siber Berkelanjutan' Sabtu (22/8/2020).

Menurutnya, disrupsi digital dapat membuat segala sesuatu menjadi efisien dan cepat, sehingga akses terhadap informasi menjadi begitu sangat luas.

"Untuk bisa membangun sebuah ekosistem yang sehat, karena pada dasarnya disrupsi digital mungkin membawa banyak kebaikan, tapi juga kita tidak boleh memungkiri ada downside risenya. Banyak sekali negatif, risiko, yang kita semua tidak boleh tutup mata," ujar Sri Mulyani.

Akan tetapi, kata Sri, dibalik kebebasan mengakses disrupsi digital itu, siapapun bisa menjadi pembuat konten.

"Ironinya, dengan keterbukaan informasi dan akses yang luar biasa, tidak menjamin publik menjadi lebih well-educated, dan well-info, karena tadi content creator semuanya dan banyak yang punya tujuan lain membuat konten yang lebih menarik walaupun salah,” ujarnya.

Ia berharap, dengan adanya AMSI ini, komunikasi antara pemerintah dan AMSI dapat terus berjalan dengan baik.

"Saya berharap kita (dengan AMSI) bisa berjalan seiring sejalan, partnership semakin kuat, komunikasi di antara kami dengan industri untuk bisa membangun sebuah ekosistem yang sehat," tambahnya.

Dalam kesempatan ini, sebagai Menteri Keuangan Sri juga mengapresiasi AMSI dan Dewan Pers yang sudah melakukan tugasnya dalam berupaya membangun ekosistem sehat di media.

"Saya senang bahwa dari kongres, AMSI, dari Dewan Pers, melakukan fungsinya atau tugasnya dari sisinya masing-masing. Umpamanya bernegosiasi dengan platform bahkan dengan para pemegang brand untuk bisa memiliki etika, karena kalau negara rusak mereka tidak bisa jual apa-apa di negara." (IDW)

Keyword:


Editor :
Indra Wijaya

riset-JSI
Komentar Anda