kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Warga Ngeluh Harga Gula Meroket, Ini Penjelasan Pengusaha

Warga Ngeluh Harga Gula Meroket, Ini Penjelasan Pengusaha

Jum`at, 13 Maret 2020 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kenaikan harga gula pasir yang sudah mencapai Rp 18.000 per kilogram semakin menyulitkan masyarakat, mereka mengeluh bahkan di pasaran ada yang menjual gula Rp 20.000 per kilogram, harga ini terlalu tinggi yang terjadi selama bulan Maret 2020 ini. 



Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) membenarkan saat ini ada beberapa toko ritel yang menjual gula dengan harga tinggi. Bahkan, ada yang sampai dengan Rp 17.000 per kilogram. Harga ini jauh di atas HET (harga eceran tertinggi) yang ditetapkan, yaitu Rp 12.500 per kilogram.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan kenaikan harga gula dilakukan oleh pengusaha ritel lantaran masih menunggu kucuran impor gula.

"Tidak bisa dipungkirilah pasti sudah ada (kenaikan harga), karena dari supplier distributor menjual (sudah) di atas Rp 11.900 per kilogram, sehingga harga kesepakatan ritel untuk menjual gula tidak di atas Rp 12.500 per kilogram," kata Roy di Pasar Induk Kramat Jati, Kamis (12/3/2020).

Roy mengatakan, kucuran impor gula sangat dibutuhkan bagi ritel untuk memberikan harga di bawah HET. Namun tidak dipungkiri, pengusaha ritel juga memiliki anggaran untuk membayar operasional, sehingga kenaikan harga merupakan cara ritel agar tidak rugi.

"Ya dagang enggak ada hukumnya merugikan. Kita harus bayar pekerja, listrik, pajak dan sebagainya," ungkap Roy.

Meski demikian, masih ada pengusaha ritel yang menjual gula di bawah HET. Ini karena pengusaha ritel yang masih memiliki stok dengan harga lama, sehingga harga jual masih stabil. "Saat ini ada beberapa ritel modern, yang berkomitmen untuk menjual di bawah HET karena memang masih ada stok sisa dengan harga lama Rp 11.900 (harga beli)," jelasnya.

Saat ini, Aprindo sedang berkordinasi dengan kemendag dan satgas pangan untuk terus berkoordinasi dengan distributor dan suplier agar memahami kondisi yang terjadi. "Harus ada pemahaman dan empati lah, supaya enggak ada pengusaha yang merugi. Kita juga peritel modern ingin saling pengertian. Kita berupaya menjaga HET, tapi kita tidak bisa men-drive market," tegasnya.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani menyebut, harga gula yang melonjak akibat impor yang belum masuk. Rosan mengimbau pemerintah harus berupaya melakukan antisipasi agar harga komoditas tidak bergejolak. 

"Tapi memang ada bebebrapa komoditas yang agak telat atau langka, misal gula eceran skitar sekarang Rp 17.000 per kg. Koordinasi yang baik harus dilakukan," kata Rosan.(ZU)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda