kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Untuk Usia di Atas 60 Tahun, Vaksin Sinovac Belum Aman

Untuk Usia di Atas 60 Tahun, Vaksin Sinovac Belum Aman

Jum`at, 11 Desember 2020 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi Vaksin. [Dok. Reuters]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Vaksin sebagai harapan baru untuk mengakhiri pandemi COVID-19 sudah di depan mata. Selangkah lagi Vaksin Sinovac yang baru tiba di Indonesia sudah bisa digunakan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.

Namun sayang vaksin ini disebut-sebut tidak memungkinkan untuk diberikan kepada orang usia 60 tahun keatas. Vaksin hanya diperuntuukan bagi mereka dengan usia 18-59 tahun.

Di sisi lain, lansia termasuk golongan yang rentan terkena Covid-19. Untuk itu kesehatan mereka harus tetap terjaga. Imunitas mereka tetap harus dijaga agar terhindar dari serangan COVID-19.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (covid.go.id), kelompok umur yang meninggal dunia paling tinggi adalah lebih dari 60 tahun (lansia), yaitu 44%, sedangkan kelompok umur 46-59 tahun sebanyak 40% dan pada umur 31-45 tahun sebanyak 11,6%.

“Kelompok lanjut usia menjadi kelompok yang berisiko mengalami efek fatal jika terinfeksi COVID-19 terkhusus jika mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis,” ujar dr. Lazuardhi Dwipa, Sp.PD-KGer.

Ia menyarankan agar lansia sebisa mungkin tetap berada dan beraktivitas di rumah. Serta membatasi berkumpul atau beraktivitas di luar rumah. Imunitas mereka juga harus ditingkatkan melalui asupan gizi yang cukup.

“Tetap memperhatikan nutrisi makanan harus bergizi dan seimbang sehingga imunitas tubuh pada lansia tetap terjaga,” saran dr. Lazuardhi. Menurut Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp.PD-KGer, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri RS Pondok Indah “ Bintaro Jaya, kunci utama agar lansia tetap sehat di era pandemi COVID-19 dan tatanan baru adalah dengan tetap berada di rumah disertai implementasi 5 Jaga dan 5 Cukup.

Yaitu mencakup jaga jarak, jaga kebersihan dan kesehatan, jaga kontak sosial, dan jaga emosi, dan jaga spiritual/ibadah. Walau tidak dapat berinteraksi fisik, kontak sosial bisa dipertahankan melalui alat komunikasi gawai. Untuk kontrol rutin diutamakan menggunakan metode konsultasi dokter-pasien jarak jauh (telemedicine) di rumah sakit pilihan.

Tapi dr. Purwita mengatakan segera ke rumah sakit jika mengalami keluhan kesehatan serius, misalnya nyeri dada, sesak, demam terus menerus, penurunan asupan makan, merasa lelah sepanjang waktu, dan mendadak sulit untuk dibangunkan atau sulit berkomunikasi. “Perlu diwaspadai bahwa gejala klinis infeksi pada lansia dapat tidak khas, termasuk pada kasus infeksi COVID-19. Keluhan demam bisa tidak dijumpai.

Keluhan yang terjadi bisa berupa tidak nafsu makan, tampak lesu/lelah, gangguan penghidu, menjadi mengompol, jatuh, atau perubahan kesadaran (seperti bicara meracau, gelisah),”papar dr. Purwita.

Di saat yang sama lansia juga harus tercukupi kebutuhannya. Meliputi cukup asupan gizi, aktivitas fisik, tidur, persediaan dan cukup perhatian. Asupan gizi seimbang dengan memperhatikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral harus dipenuhi bagi lansia.

Jenis dan konsistensi makanan disesuaikan dengan kondisi medis, kemampuan makan, mengunyah, dan menelan, serta preferensi lansia. Lansia juga disarankan tetap melakukan aktivitas fisik secara rutin di rumah. Misalnya dengan latihan jasmani bersama teman yang dilakukan virtual.

Upayakan lansia dapat cukup beristirahat, serta mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang cukup, yaitu sekitar 6-8 jam sehari atau lebih. Untuk persediaan, yang dimaksud adalah ketersediaan obat-obatan rutin dan barang kebutuhan sehari-hari di rumah. Pembelian dapat dibantu oleh keluarga/pelaku rawat atau dipesan secara online.

“Tak kalah penting ialah perhatian dari lingkungan sekitar terutama keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia. Keluarga merupakan sumber penting kasih sayang, motivasi/semangat, bantuan, dan interaksi sosial,” pungkas dr. Purwita. (SINDOnews)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda