kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Survei BPS: 61% Masyarakat Jenuh Jalankan Prokes

Survei BPS: 61% Masyarakat Jenuh Jalankan Prokes

Kamis, 17 Maret 2022 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Biyu
Tangkapan layar saat Prof Wiku menjelaskan perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia per 17 Maret 2022. [Foto: Biyu/Dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan masyarakat saat ini mulai tidak patuh menjalankan protokol kesehatan (prokes) dengan alasan jenuh.

"Faktanya dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022, menyatakan ketidakpatuhan masyarakat dengan alasan jenuh (61,2%), tidak nyaman (46%), merasa situasi sudah aman (32%), yakin tidak tertular (24,2%), tidak ada sanksi (22,7%), dan berbagai alasan lainnya," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam Konferensi Pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (17/3/2022).

Padahal memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, adalah hal paling mudah, murah, dan efektif yang dapat dilakukan setiap individu. Serta dapat menjaga kasus tetap rendah dan mempertahankan produktivitas ekonomi.

"Saya percaya kita bisa menjunjung tinggi kewajiban bersama tersebut, dibanding ego pribadi kita seperti jenuh, tidak nyaman, dan merasa yakin tidak tertular," jelas Prof Wiku.

Ia juga menekankan, dalam masa adaptasi menuju masyarakat produktif dan aman Covid-19, ada 3 tanggung jawab utama dan kesadaran masyarakat sebagai kunci pengendalian kasus.

Pertama, kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan 3M. Hal ini harus diperkuat, mengingat turunnya testing mempengaruhi kemampuan membedakan orang positif apalagi kasus tanpa gejala.

"Ketidaktaatan dapat menjadikan seseorang sebagai sumber penularan, apalagi terhadap kelompok rentan," katanya.

Kedua, kesadaran tinggi untuk dites ketika merasa memiliki gejala. Rendahnya angka testing saat ini akibat minimnya kesadaran masyarakat.

"Hasil survei BPS juga menyatakan alasan utama masyarakat melakukan tes karena program kantor (51%), persyaratan perjalanan (38,1%), dan program tracing (23,3%). Hanya 18,7% responden karena merasa tidak sehat," tuturnya.

Ketiga, kesadaran tinggi untuk mengisolasi diri ketika merasa tidak sehat atau terdiagnosa positif.

"Sayangnya, berbagai laporan media mengabarkan perilaku segelintir masyarakat tidak bertanggung jawab dan membahayakan keselamatan bersama. Salah satunya, ketiadaan testing sebagai syarat perjalanan yang dimanfaatkan orang positif bepergian," ucapnya. [BY]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda