kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Strategi Produsen Sepatu di Tengah Kondisi Pandemi Covid-19

Strategi Produsen Sepatu di Tengah Kondisi Pandemi Covid-19

Kamis, 20 Agustus 2020 11:45 WIB

Font: Ukuran: - +

[Foto: REUTERS/Ann Wang]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - 

Para produsen sepatu di dalam negeri harus menyesuaikan keadaan ekonomi akibat pandemi covid-19. Memaksa mereka harus memutar otak menyusun strategi bertahan ditengah persaingan ketat karena virus corona. Kondisi terkini bagi para produsen sepatu mendapatkan order sepatu sport dari merek-merek papan atas dan terkenal seperti, Nike, Adidas, Cs di Indonesia sudah berakhir bulan Mei 2020 lalu. 

Langkah ke depannya bagi produsen agar mendapatkan peluang kontrak di September - Oktober, pabrikan membuat strategi ekonomi dengan 'memangkas' harga penawaran ke para prinsipal atau brand kenamaan. Indonesia dikenal sebagai produsen sejumlah brand sepatu kenamaan dunia seperti Adidas, Nike, Mizuno, New Balance dan lainnya.

"Mungkin, ini masih prediksi. Harga-harga sepatu untuk diekspor di bawah US$ 10," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri, kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/8). Namun, Firman tak menjelaskan berapa harga sebelumnya, harga dari pabrik ke para prinsipal. Artinya bila dirupiahkan harga sepasang sepatu bermerek dari harga pabrik sekitar Rp 148 ribu (kurs Rp14.800/dolar AS).

Ia bilang sejumlah biaya produksi perlu disesuaikan, termasuk upah para pekerja dengan mencari lokasi yang upah tenaga kerjanya masih murah. Para produsen sepatu bakal lebih banyak beroperasi di Jawa Tengah, dari sebelumnya di Banten dan Jawa Barat.

Firman mengatakan untuk mengantisipasi soal keterampilan tenaga kerja maka caranya dengan meminimalisir dengan penyesuaian desain yang tidak terlalu sulit dikerjakan. 

"Kemungkinan desain retro yang kesulitannya nggak terlalu tinggi, itu bisa dipersiapkan oleh tenaga kerja baru," jelasnya.

Mengenai kisaran harga sepatu saat ini yang dijual ke brand seperti Adidas dan Nike bervariatif, Firman tidak menjelaskan secara rinci. Namun harga jual ritel ke end user yang sangat mahal bisa dimaklumi mengingat biaya promosi yang tidak kecil.

"Dulu kan brand-brand global sangat ekspansif dengan promosi. Bayar para atlet, kita belum bisa tau setelah pandemi seperti apa. Dulu kan harga ritel kita di Eropa, Amerika bisa sangat besar sekali," jelasnya [cnbcindonesia].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda