Beranda / Berita / Nasional / Serangan Siber Meningkat, Prof Teddy Mantoro: Nasabah Harus Cakap Bertransaksi Digital

Serangan Siber Meningkat, Prof Teddy Mantoro: Nasabah Harus Cakap Bertransaksi Digital

Selasa, 23 Agustus 2022 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia Indriasari

Media anggota Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mengikuti worskhop secara zoom bertema Literasi Keamanan Digital Perbankan, Peduli Lindungi Data Pribadi, yang digelar AMSI bekerjasama dengan Bank BNI. [Foto: tangkapan layar/Ist.]


DIALEKSIS.COM | Nasional - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lebih dari 1,6 miliar serangan siber selama tahun 2021, meningkat 3 kali lipat dibanding tahun 2020.

Sementara itu, kejahatan phising pada perbankan dimulai dari karyawannya. Menurut laporan Knowbe4 pada tahun 2020, sebanyak 31,4 persen karyawan perbankan gagal lulus tes keamanan phising dasar.

"Kalau terjadi kebocoran data, menurut saya orang yang paling bertanggung jawab di depan, tidak lain dan tidak bukan ya perbankannya," sebut Prof Teddy Mantoro, Ketua Indonesia Neural Network Society (IdNNS), dikutip dari kanal YouTube AMSI, Selasa (23/8/2022).

Namun, Prof Teddy juga menekankan, kunci di perbankan itu ada tiga, antara lain bank, pengatur regulasi, dan usernya atau pelanggan.

Ia menilai, pelanggan juga perlu cakap dan aman saat melakukan transaksi digital.

" Cakap itu maksudnya skillful dan merasa aman, artinya knolwdge harus dinaikkan," ucapnya.

Kejahatan siber itu terbagi dua. Pertama, jumlah uang yang terkena dan kedua, jumah korbannya berapa banyak. Ia menyayangkan, di Indonesia, informasi jumlah korban yang terkena kejahatan siber belum ada.

"Padahal, hampir semua kejahatan siber itu berkaitan dengan perbankan karena berbicara uang," tuturnya.

Prof Teddy juga memaparkan penelitian di Australia bahwa 97 persen orang tidak bisa mengidentifikasi phising email dan 91 persen kejahatan siber diinisiasi dari email.

"Tidak hanya email, di WhatsApp juga, telegram dan sejenisnya," ungkap guru besar di Sampoerna University itu.

Ia menambahkan, sehingga eksekutif bagian siber harus punya strategi khusus untuk segera melihat problem di lapangan dan bagaimana mengatasinya, proaktif.

"Saran untuk perlindungan data secara personal, antara lain jauhi gawai saat emosi, pakai sumber internet sendiri, jaga informasi pribadi, hati-hati saat memposting, gunakan password yang berbeda untuk setiap platform, safe browsing, belanja online di platform terpercaya, privacy setting on, hati-hati saat meeting online atau webcam dengan orang asing," urainya.

Prof Teddy juga menyarankan, untuk mobile phone harus install anti virus. Jika mahal, dapat mencari yang gratis, misalnya AVG.

"Paling tidak malware-malware yang tidak zero click dapat teratasi," jelasnya. [RI]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda