Ratusan Karyawan Induk TikTok Di-PHK
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi TikTok. [Foto: Chris Delmas/AFP
DIALEKSIS.COM | Jakarta - ByteDance, raksasa teknologi China pemilik TikTok kembali merumahkan ratusan karyawan dari beberapa departemen menjelang akhir tahun 2022. Langkah ini diambil untuk merampingkan operasional perusahaan.
Karyawan Douyin, aplikasi TikTok versi China, termasuk kelompok yang terdampak dalam PHK ini. Begitu juga karyawan dari divisi gaming dan real estate, menurut informasi dari sumber yang tidak ingin disebut namanya.
PHK juga terjadi di Feishu, layanan kolaborasi perusahaan milik ByteDance yang juga dikenal dengan nama Lark. Menurut laporan media China Jiemian, Lark merupakan departemen yang paling terpukul, di mana sekitar 10% karyawannya diberhentikan.
Karyawan yang terdampak PHK akan menerima kompensasi berdasarkan jumlah tahun mereka bekerja di ByteDance plus gaji satu bulan, seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (4/1/2023).
PHK ini berdampak pada sebagian kecil karyawan ByteDance, yang merupakan salah satu penyedia lapangan kerja terbesar di sektor teknologi China. ByteDance sendiri memiliki lebih dari 100.000 karyawan di seluruh dunia.
PHK di ByteDance terjadi setelah CEO Liang Rubo mengatakan kepada karyawan pada akhir Desember bahwa perusahaan perlu 'menjadi bugar dan memperkuat otot'.
Meski melakukan PHK, ByteDance juga masih aktif merekrut karyawan baru. Situs resmi mereka menampilkan lebih dari 10.000 lowongan kerja untuk berbagai posisi, termasuk engineering dan marketing, di beberapa kota di seluruh dunia termasuk Beijing, London, dan California.
ByteDance sendiri mengalami tahun yang cukup sulit pada 2022 setelah TikTok kembali menjadi sorotan pemerintah Amerika Serikat. TikTok sudah diblokir di semua perangkat pemerintah federal AS, sedangkan 19 negara bagian memblokir TikTok di perangkat yang dikelola negara bagian.
Ini juga bukan pertama kalinya ByteDance melakukan PHK. Pada tahun 2021, ByteDance memberhentikan ribuan karyawan setelah muncul larangan tutor pribadi di China, dan pada tahun 2022 mereka merumahkan ratusan karyawan dari divisi video game.