kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / PTM Terbatas di Pesantren Membutuhkan Banyak Dukungan

PTM Terbatas di Pesantren Membutuhkan Banyak Dukungan

Jum`at, 01 Oktober 2021 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi pesantren. [Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, termasuk di pesantren, membutuhkan dukungan dan kolaborasi berbagai pihak agar berjalan lancar dengan tetap mengedepankan perlindungan kesehatan.

Penyelenggara pendidikan, baik sekolah maupun pesantren yang bernaung di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung penuh implementasi PTM secara terbatas. Mereka juga siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mendukung PTM terbatas.

Dukungan itu disampaikan oleh Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), KH. Abdul Ghaffar Rozin dan Sekretaris Jenderal LPI Ma'arif NU, Harianto Oghie. RMI NU menaungi hampir 24.000 pesantren, sedangkan LPI Ma'arif menaungi hampir 22.000 sekolah.

Gus Rozin dan Harianto mengungkap dukungan itu dalam Istighosah dan doa bersama, Rabu (29/9) malam, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kemendikbud Ristek, KPCPEN, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dan Pengurus Besar NU.

Gus Rozin mengatakan, RMI bersama seluruh elemen NU terus berusaha menerapkan protokol kesehatan untuk mendukung pembelajaran tatap muka secara terbatas di lingkungan pesantren. RMI NU berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik di pesantren secara aman dan menghindari risiko penyebaran Covid-19.

Gus Rozin mengatakan, tradisi pesantren selama ratusan tahun menggelar pendidikan secara tatap muka dan berkelompok.

Pandemi membuat hampir 24.000 pesantren yang dinaungi RMI NU terpaksa meninggalkan tradisi tersebut.

Pendidikan akhlak dan budi pekerti memerlukan proses pembelajaran tatap muka agar optimal. Proses belajar dengan interaksi langsung guru dan murid juga akan lebih meningkatkan pemahaman murid.

Kepatuhan pada protokol kesehatan (Prokes) juga diterapkan di hampir 22.000 lembaga pendidikan Ma'arif, jaringan sekolah yang berafiliasi dengan NU.

Penerapan Prokes di pesantren memang punya peluang dan tantangan. Sebab pesantren merupakan lingkungan terbatas.

"Jadi, perlu membatasi interaksi dengan orang di luar dan di dalam pondok," kata Prof. Dr. dr. Soedjatmiko Sp.A(K), Msi, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI.

Prof. Soedjatmiko mengingatkan, virus Covid-19 hanya butuh 10 detik untuk masuk ke saluran pernafasan lalu berkembang biak dan menginfeksi organ tubuh lebih luas. Infeksi bisa terjadi kala orang berkumpul dan tidak memakai masker dengan benar. (CNN Ind)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda