Beranda / Berita / Nasional / Prabowo Minta Kepastian SBY

Prabowo Minta Kepastian SBY

Senin, 30 Juli 2018 10:41 WIB

Font: Ukuran: - +


Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan pertemuan tertutup di kediaman SBY, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7) malam. (Foto: poskotanews/rihadin)

DIALEKSIS.COM | Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali bertemu dengan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya masih membahas kepastian koalisi dan dukungan Demokrat di Pilpres 2019.


"(Pertemuan ini) yang pasti membahas pilpres termasuk juga arah dan dukungan Demokrat kepada Gerindra nanti," kata Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Ferry Juliantono kepada Media Indonesia di Jakarta, Minggu, 29 Juli 2018.


Menurut Ferry, pertemuan di kediaman Prabowo di Jalan Kartanegara IV, Selong, Jakarta Selatan, itu tidak tertutup kemungkinan membahas pula calon pendamping Prabowo. "Saya pikir semuanya dibahas."


Ferry meminta semua pihak menunggu keputusan final antara Prabowo dan SBY. Apakah Demokrat berlabuh ke kubu Prabowo dengan tetap mengharapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulung SBY, menjadi calon wakil presiden (cawapres) atau justru memilih keluar.


Ketua Divisi Media dan Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan seyogianya pertemuan kedua ketua umum partai tersebut berlangsung kemarin. Namun, pertemuan ditunda menjadi hari ini karena kemarin SBY masih rapat Pilpres 2019.


Hari ini pun SBY dijadwalkan menggelar pertemuan dengan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan agenda persiapan menjelang pilpres. Ini sebagaimana dikemukakan anggota Dewan Syuro PKS Refrizal.


"Pasti membahas soal itu. Semoga bisa menghasilkan capres (calon presiden) dan cawapres yang tepat. PKS masih terus bertahan," ujar Refrizal.


Refrizal berharap Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri diusung menjadi cawapres. Ini sesuai keputusan Forum Ijtima dan Tokoh Nasional Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPFU).


"Aspirasi ulama harus dibahas bersama Gerindra, PAN (Partai Amanat Nasional), dan Demokrat. Kami tidak mau mendahului Prabowo dan Salim," ungkap Refrizal.


Dua kutub oposisi

Pengamat politik sekaligus Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Prabowo berada di posisi sangat dilematis. Dia harus menentukan pendamping dari beberapa calon yang diusung.

"Di satu sisi SBY meminta AHY sebagai cawapresnya Prabowo. Pada sisi lain, Prabowo tidak mudah menerima hal itu. Prabowo harus memilih cawapres dari koalisi awalnya. Apalagi setelah ijtima ulama GNPFU meminta cawapres Prabowo adalah Salim Segaf Al-Jufri. Ini berdampak kepada dukungan kepadanya di Pilpres 2019," kata Qodari.

Qodari menyarankan Prabowo tetap pada koalisi awalnya dengan PKS dan PAN. Apalagi, saat ini, ada dua kutub di pihak yang akan melawan Presiden Joko Widodo.

"Kutub pertama motornya Prabowo dan kedua adalah SBY. Agenda utama SBY menjadikan AHY sebagai cawapres. Kalau itu ditolak Gerindra, bukan tidak mungkin SBY akan membangun koalisi sendiri dengan PKS dan PAN. Capresnya mungkin bisa Gatot Nurmantyo (mantan Panglima TNI) atau Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta)," ujar Qodari.

Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat, Sunanto, menilai wacana koalisi Prabowo sangat simpang siur dan terlalu dinamis. PKS, PAN, bahkan Demokrat yang mengaku bergabung di kubu Prabowo dianggap belum menunjukkan dukungan konkret.

"Bahkan kini partai yang ada mengarah ke perpecahan. PKS seharusnya bisa legawa bila (kader mereka) enggak terpilih menjadi pendamping Prabowo. Legawa terus minta jatah menteri, kan bisa," tandas Sunanto.(Medcom.id)

Keyword:


Editor :
HARISS Z

riset-JSI
Komentar Anda