Pasca Recovery Pandemi, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Masih Belum Pulih
Font: Ukuran: - +
Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum - Leadership Sharing: Menyambut Tahun Baru dengan Lebih Optimis. [Foto: Tangkapan layar Youtube IBI]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Selama tiga tahun dunia sudah melewati pandemi covid-19. Semua berharap ekonomi akan pulih secara perlahan pasca vaksin ditemukan. Ternyata tidak semulus itu, dunia pun kini masuki masa gelap.
Hal ini dikemukakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara CEO Banking Forum-Leadership Sharing, yang ditayangkan secara virtual, Senin (9/1/2023).
"So 2022 was not an ordinary time, itu adalah waktu dimana sesudah tahun ke 3 dunia dihadapkan pada pandemi which is not yet over, dunia tadinya berharap tahun ketiga was actually a smooth and strong recovery. Mungkin tidak across the board but at least smooth and strong," jelasnya.
Beberapa negara kini sudah masuki tahap pelonggaran, sehingga aktivitas masyarakat sudah mendekati normal. Hanya saja tidak berlaku bagi seluruh lapisan.
"3 tahun sesudah hibernated and then suddenly kita merasa confident ditemukannya vaksin dilakukan vaksinasi booster and then we start doing the economic activity social activity lagi, ternyata nggak semuanya kembali secara smooth dan lancar," terang Sri Mulyani.
Salah satunya terlihat dari sisi pasokan. Permintaan melonjak, akan tetapi pasokan tidak sanggup memenuhi. "Karena ternyata manusia itu tidak bisa kayak listrik di on and off sehingga terjadi lah activity sudah mulai terjadi tapi supply side-nya belum ada," ujarnya
"Restoran dibuka tapi recruitment untuk pelayannya nggak terjadi dengan gampang, toko-toko dibuka pelayannya tidak cukup barangnya masih stranded, container waktu itu 3 tahun ada yg di Amerika ada yang di Eropa ada yang di Asia ada yang di tanjung priok karena 3 tahun tidak terjadi traffic demand-nya di mana supply-nya di mana container-nya di mana, begitu ini kemudian dirangkai sudah sampai di pelabuhan ga ada supir truk yang mau mengangkutnya karena mereka mau menyupiri kalau sekarang mereka dibayar jauh lebih mahal," papar Sri Mulyani.
Maka dari itu muncul inflasi, terutama pada negara maju yang lebih dulu melakukan pelonggaran atas kebijakan ketika pandemi covid-19. "Thats memicu inflasi dari sisi wage, upah harus dinaikkan untuk menarik orang keluar dari kandangnya. Dan itu memicu jumlah barang, jumlah permintaan, jumlah services, dan gaji-gaji yang meningkat itu," ujarnya.
Semua semakin buruk ketika perang Rusia dan Ukraina meletus. "Munculah perang di Ukraine, that's geopolitic yang memperparah disrupsi sisi supply tadi karena happen to be Ukraine dan Rusia adalah neagra2 yg menghasilkan wheat yg sangat signifikan sehingga harga pangan menjadi terpengaruh, pupuk dan juga sun flower, cooking oil," pungkasnya.(CNBC Indonesia)