Jelang Pemilu, Rekonsiliasi Nasional Dinilai Mendesak
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, pentingnya rekonsiliasi nasional semakin menonjol. Masyarakat, tokoh-tokoh politik, dan pemangku kepentingan secara bersama-sama menyadari perlunya rekonsiliasi untuk mencegah terulangnya perpecahan seperti yang terjadi dalam Pemilu 2019.
Rekonsiliasi nasional menjadi sebuah upaya yang krusial dalam meredam ketegangan dan merangkul beragam pihak untuk bergerak maju bersama dalam semangat persatuan dan kesatuan.
"Harus ada rekonsiliasi nasional dari berbagai kelompok yang ada sekarang ini," kata pegiat antiradikalisme dan intoleransi Haidar Alwi dalam keterangan yang dikutip Selasa (25/7/2023).
Menurut dia, ada tanda-tanda terulangnya perpecahan seperti di Pemilu 2019. Misalnya, banyak dari elite politik yang saling memojokkan.
Hal tersebut kerap terjadi di berbagai platform media sosial. Sikap-sikap ini ditakutkan menimbulkan gesekan di kalangan akar rumput.
"Perseteruan ini tak bisa ditutupi, dan jelas sekali. Hal ini jangan berlanjut terlalu lama," kata dia.
Dia mengaku tidak habis pikir terkait motif saling memojokkan. Sebab, narasi yang digunakan kontraproduktif.
"Kenapa tidak rekonsiliasi untuk bersama-sama," kata dia.
- Sejak 2009, Setoran Awal Daftar Haji Tak Pernah Berubah, Segini Besarannya
- Korupsi Lagi, Kali Ini Soal Peremajaan Sawit di Aceh Barat
- Pembinaan Gampong Gammawar dan Peninjauan Pengobatan Gratis di Gayo Lues, Ini Pesan Pj Ketua PKK Aceh
- Takjub dengan Program Tahfidz, Syekh Ahmed Pakaikan Jubah Arab Kepada Pj Bupati Iswanto