Beranda / Berita / Nasional / Isyaratkan Perdagangan RI Terseok-seok, Mendag Siapkan Beberapa Kebijakan

Isyaratkan Perdagangan RI Terseok-seok, Mendag Siapkan Beberapa Kebijakan

Selasa, 26 Januari 2021 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi. [Dok. Antara/Widodo S. Jusuf]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengisyaratkan perdagangan RI pada tahun lalu terseok-seok. Ibarat kata, mengikuti lomba lari jarak jauh (maraton) di tanjakan, dengan kaki terkilir.

Bahkan, kondisi ini berbanding terbalik dengan perdagangan pada 2011 lalu, di mana ia mengibaratkan sektor perdagangan bak lari maraton di jalan yang menurun.

Analogi ini muncul melihat neraca perdagangan Indonesia surplus US$21,74 miliar pada 2020. Surplus itu lebih tinggi dari 2011 sekitar US$11,9 miliar.

Menurut Lutfi, pada era itu surplus dagang sangat wajar dan mudah dicapai karena harga komoditas naik di pasar dunia. Sementara pada tahun lalu, harga komoditas cenderung fluktuatif.

"Dulu ketika surplus, kita lari maraton di turunan, sekarang kita lari maraton di tanjakan, tergopoh-gopoh dan terjadi injury di dalam badan. Memang tidak patah kaki tapi ankle-nya terkilir. Jadi untuk survive (bertahan) dari lari maraton kita perlu mengerjakan beberapa hal," kata Lutfi di acara Akselerasi Pemulihan Ekonomi secara virtual, Selasa (26/1).

Masalahnya, lanjut dia, tantangan perdagangan tidak hanya terjadi dari pasar dunia, tapi juga di dalam negeri. Salah satunya, karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mengurangi penyebaran virus corona atau covid-19.

Buktinya, pertumbuhan sektor akomodasi dan makanan minuman turun 11,86 persen pada tahun lalu. Begitu juga dengan transportasi dan pergudangan turun 16,7 persen.

Semua ini, menurutnya, karena imbas pembatasan."Jadi PSBB sukses, tapi perdagangan turun," imbuhnya.

Lutfi mengatakan beberapa kebijakan sudah disiapkannya agar kinerja perdagangan yang sulit tetap bisa dilalui. Utamanya, memperbaiki struktur produksi dan konsumsi di dalam negeri.

"Kalau konsumsi dan produksi terganggu, growth ekonomi di 2021 akan terkena secara langsung. Bagaimana caranya? Dengan memastikan seluruh arus barang masuk Indonesia kembali normal atau lebih baik dari tahun sebelumnya," katanya.

Lutfi menargetkan sekitar 70,3 persen dari barang impor bisa langsung terserap industri di dalam negeri begitu tiba. Dengan begitu, roda produksi diharapkan berjalan lebih cepat dan turut menggerakkan konsumsi.

Ia mengatakan pengawalan terhadap arus impor ini akan juga dibarengi dengan insentif dari sisi keuangan dan industri. Caranya, dengan meminta dukungan dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian.

"Karena kita membutuhkan insentif, bukan hanya finansial, tapi juga insentif kepercayaan kepada pasar untuk orang membeli lagi," jelasnya.

Salah satu sektor industri yang ingin segera diperkencang roda produksinya adalah otomotif. Sebab, ia mencatat sektor ini turun sekitar 20 persen pada tahun ini.

"Jadi, kita perlu memberi insentif supaya market, orang mau beli atau berinvestasi ke barang-barang seperti otomatif, karena begitu sektor otomatif jalan, bisa menjalankan gerbong kereta sektor produksi," pungkasnya. (CNN Indonesia)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda