Indonesia Miliki Harta Karun Yang Jadi Rebutan Dunia
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Tambang. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Tak hanya kaya akan budayanya, Indonesia juga kaya akan harta karun. Bahkan dunia pun berlomba-lomba mencarinya.
Salah satu sumber daya alam yang kaya di Indonesia yakni timah, sebarannya ada di beberapa wilayah. Logam timah sendiri terkandung mineral ikutan yang terkenal dengan rare earth atau logam tanah jarang. Nah rare earth ini yang jadi rebutan dunia.
Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk, Agung Pratama pernah menyampaikan logam tanah jarang terdapat dalam timah, namun harus melalui proses yang panjang dan teknologi yang mumpuni untuk menghasilkan logam tanah jarang.
Pihaknya pun terus mengembangkan berbagai kajian terkait logam tanah jarang, anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND tetap fokus melakukan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan timah yang nantinya akan menjadi bahan baku logam tanah jarang.
“Logam tanah jarang yang kita bicarakan saat ini didapatkan dari sisa hasil penambangan timah dimana terdapat mineral ikutan di situ, nah untuk itu keberadaan pastinya yang harus kita pastikan dengan melakukan eksplorasi,” kata Agung kepada detikcom beberapa waktu lalu, dikutip Sabtu (12/11/2021).
Mengutip CNBC Indonesia, berdasarkan buku ‘Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia’ Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2019, logam tanah jarang (LTJ) ini merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk ‘critical mineral’ yang terdiri dari 17 unsur.
Unsur tersebut antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Meski begitu, unsur tersebut sangat sulit untuk ditambang karena konsentrasinya yang cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Mineral yang mengandung LTJ utama adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit. Mineral tersebut merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, laterit nikel, hingga batu bara.
Manfaat dari harta karun yang dicari ini sangat banyak. Agung mengatakan bisa menghasilkan belasan unsur. Salah satunya untuk industri baterai, nuklir, dari induknya yaitu monazite lalu beberapa unsur atau produk turunannya bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
“Disebut harta karun ya bisa dibilang begitu, karena memang potensi harganya luar biasa dan langka. Makanya mineral ini dapat dihargai sangat tinggi. Saat ini kita masih lakukan feasibility study, untuk pilot project sudah dilakukan dalam skala kecil, kita juga mengamankan sisa hasil penambangan kita,” imbuh Agung.
Agung menambahkan hingga saat ini belum ada data pasti terkait potensi sumber daya mineral ikutan, pasalnya ini merupakan mineral ikutan dari tambang timah.
“Kalau teknologi bisa dilakukan kerjasama, tapi yang terpenting adalah sumber daya yang harus kita pastikan secara pasti datanya. Dari PT TIMAH sudah memulai hal ini dari medio 2020. Dalam eksplorasi juga kita harus sangat hati-hati karena ini mineral radioaktif,” tutupnya. [detik]