Minggu, 13 Juli 2025
Beranda / Berita / Nasional / Gaspol Swasembada Protein, Bapanas: Pangan Lokal Bukan Pilihan, Tapi Keharusan!

Gaspol Swasembada Protein, Bapanas: Pangan Lokal Bukan Pilihan, Tapi Keharusan!

Jum`at, 11 Juli 2025 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal. [Foto: HO-Pribadi Rinna Syawal]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus tancap gas memperkuat agenda swasembada protein sebagai bagian dari upaya membangun kemandirian pangan nasional. Langkah ini dinilai penting tidak hanya untuk menjamin kecukupan pasokan, tapi juga memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dari sumber daya dalam negeri.

“Swasembada pangan itu bukan cuma soal cukup atau nggaknya bahan pangan, tapi juga soal kualitas gizi, terutama protein,” ujar Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional pada Kamis (10/7/2025) kemarin.

Rinna menegaskan konsumsi protein masyarakat Indonesia saat ini masih belum ideal. “Protein itu penting untuk cegah stunting, tingkatkan produktivitas SDM, dan jaga stabilitas sosial-ekonomi. Tapi kenyataannya konsumsi kita masih berat di padi-padian,” katanya.

Data Bapanas 2024 menunjukkan, 42,8% konsumsi protein nasional berasal dari padi-padian, sementara pangan hewani 36,5%, dan kacang-kacangan 10,8%. Padahal, target RPJMN menginginkan konsumsi protein harian mencapai 62,5 gram per kapita.

Lewat program Swasembada Protein Berbasis Potensi Lokal, Bapanas mendorong peningkatan produksi dalam negeri, diversifikasi sumber protein, serta penguatan rantai pasok dan infrastruktur logistik seperti cold storage dan reefer container.

“Kita dorong sumber protein dari ikan air tawar, unggas, tahu-tempe, sampai pangan alternatif seperti serangga. Ini bagian dari pendekatan berbasis kearifan lokal yang ramah lingkungan,” jelas Rinna.

Tiga strategi utama dijalankan: ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi. Ekstensifikasi dilakukan lewat pengembangan kawasan pangan baru. Intensifikasi menyasar produktivitas lewat teknologi, benih unggul, dan penguatan sistem logistik. Sedangkan diversifikasi diarahkan pada pola konsumsi B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang, Aman).

“Penganekaragaman pangan bukan sekadar pilihan, tapi keharusan. Ketika kita optimalkan sumber lokal, kita bukan cuma jaga ketahanan pangan, tapi juga buka peluang ekonomi buat masyarakat,” tegas Rinna. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI