kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / China punya 30 Juta Pria Lajang yang belum Menikah

China punya 30 Juta Pria Lajang yang belum Menikah

Rabu, 26 Mei 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Sumber : cnnindonesia.com

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Preferensi warga China yang sejak dulu menginginkan punya anak laki-laki dalam keluarga membuat negara tersebut punya setidaknya 30 juta pria lajang alias belum menikah.

Kebijakan satu anak di China, yang diterapkan pada 1979 dan ditarik pada 2016, telah memperburuk praktik aborsi berdasarkan jenis kelamin.

Data ini diungkap lewat sebuah sensus per dekade di China pada 2020 lalu. Sensus itu juga menyebut bahwa ada peningkatan jumlah anak perempuan yang dilahirkan dalam kurun waktu tersebut dibanding dengan sebelumnya.

Menurut sensus penduduk nasional ketujuh China, seperti yang diumumkan oleh Biro Statistik Nasional pekan lalu, dari 12 juta bayi yang lahir tahun lalu terdapat 111,3 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan. Dalam studi nasional sebelumnya, yang diselesaikan pada tahun 2010, rasionya adalah 118,1 berbanding 100.

Angka-angka tersebut menggarisbawahi keinginan umum keluarga China untuk memiliki anak laki-laki daripada anak perempuan.

"Biasanya di China, pria menikahi wanita yang jauh lebih muda dari mereka, tetapi seiring bertambahnya usia penduduk, ada lebih banyak pria yang lebih tua, yang menambah besar situasinya," kata Stuart Gietel-Basten, Profesor ilmu sosial dan kebijakan publik di Universitas Sains Teknologi Hong Kong dikutip dari South China Morning Post.

"Selain itu, lebih banyak wanita yang melajang lebih lama, sehingga sistem perkawinan terbalik."

Namun dengan statistik 30 juta pria lajang yang menikah ini ada masalah yang muncul. Bjoern Alpermann, seorang profesor studi Cina kontemporer di Universitas Julius Maximilian di Würzburg di Jerman, mengatakan bahwa pada saat bayi yang lahir tahun lalu mencapai usia perkawinan, akan ada kekurangan besar calon pengantin.

"Dari 12 juta bayi yang lahir tahun lalu ini, 600.000 anak laki-laki tidak akan dapat menemukan pasangan hidup yang seusia mereka ketika mereka dewasa."

Hal ini juga diungkapkan oleh profesor demografi di Universitas Xian Jiaotong Jiang Quanbao.

"Diperkirakan antara tahun 1980 dan 2020, sekitar 30 juta hingga 40 juta lebih banyak laki-laki lahir [di China] daripada perempuan, jadi ada kekurangan pengantin wanita."

Selain soal persaingan dengan pria-pria lainnya, termasuk dari belahan dunia lainnya, Cai Yong, profesor demografi sosial di University of North Carolina menyebut bahwa pria dari kelas sosial rendah adalah pria yang paling sulit menemukan calon pengantin wanita.

"Mereka cenderung berada di bawah masyarakat dan tidak memiliki ketrampilan untuk bersaing," ujarnya.

"Mereka kebanyakan berasal dari daerah pedesaan dan berpendidikan rendah."

Bagaimana dengan aplikasi kencan yang menghubungkan orang dari seluruh dunia?

Sementara pria lajang di belahan dunia lain mencari pengantin wanita di luar negeri, Cai mengungkapkan ini bukan solusi yang mudah untuk pria lajang China.

"Ketika kita berbicara tentang 20 hingga 30 juta pria yang mencari istri, itu lebih dari jumlah keseluruhan populasi di beberapa negara," katanya.

(chs/chs)


Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda