Cerita Ibu-ibu yang Mulai Pakai Kompor Listrik di Rumah
Font: Ukuran: - +
Ibu-ibu memakai kompor listrik. [Foto: Labib Zamani]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sejak tiga bulan lalu, Supriyani, seorang warga Kelurahan Mojo, Pasar Kliwon, Kota Solo, menjajal memasak dengan kompor listrik. Ia memperoleh kompor listrik beserta alat masak berupa wajan dan panci dari PLN.
"Kemarin langsung dapat dari PLN. Sudah tiga bulan kemarin dapatnya," kata Supriyani di Solo, Jawa Tengah, Jumat (23/9/2022), seperti dikutip dari Kompas.com.
Sebagaimana diketahui, program konversi kompor listrik dari kompor konvensional yang menggunakan elpiji 3 kilogram mulai diujicobakan di Solo, Jawa Tengah. Salah satunya di Kecamatan Pasar Kliwon.
Selain itu, kelurahan yang menjadi pilot project penggunaan kompor listrik, yakni Mojo, Semanggi, Sangkrah, Pasar Kliwon dan Joyosuran.
Supriyani mengungkapkan, pada awal pemakaian, listrik sering mati karena dayanya besar yakni 1.000 watt. Namun, sekarang kondisi penggunaan kompor listrik baik-baik saja.
Saat itu, setiap menyalakan kompor listrik bersamaan dengan memasak nasi di magicom dan menyalakan pompa air, listriknya sering jeglek.
Setelah penambahan daya, sudah bisa jika menyalakan kompor listrik dan memasak nasi di magicom atau menyalakan pompa air secara bersamaan.
"Dulu pas pertama pakai kompor listrik sering jeglek. Sekarang sudah tidak lagi karena ada penambahan kapasitas daya listrik jadi 2.200 VA," terangnya.
Ia juga mengungkapkan, dalam seminggu biasanya menghabiskan satu tabung elpiji 3 kilogram, tapi sekarang cukup isi pulsa listrik yang tidak begitu banyak selisih kenaikannya.
Selain itu, Ibu tiga anak mengaku sedikit santai jika memasak memakai kompor listrik lantaran harus menunggu kompornya panas terlebih dahulu.
"Kalau masaknya santai, kalau untuk masakan yang buru-buru tidak bisa. Tapi kalau ngiritnya ya ngirit listrik," ungkapnya.
Alat masaknya yang khusus
Warga lainnya, Retno Mardi Ningsih pun menuturkan hal serupa. Selain hemat pengeluaran, menurutnya, kompor listrik tidak berbahaya karena tidak menghasilkan api.
Kelebihan yang lainnya adalah perawatannya yang mudah dan tampilannya yang modern. "Kalau sering dipakai buat masak ya cepat. Lebih hemat ke listrik," katanya.
Namun demikian, Retno mengaku tidak semua alat masak bisa dipakai kompor listrik. Alat masak harus berbahan stainless steel.
"Kendala ke alat masaknya kalau pakai kompor yang gas semua bisa pakai. Kalau ini alat masak harus khusus, kalau panci buat masak air terus untuk masak yang lain rasanya tidak enak," terang dia.
Sementara itu, Lurah Mojo, Nurohman menjelaskan, penyerahan bantuan kompor listrik langsung dari PLN Cabang Solo. Para penerima ini sebelumnya telah diseleksi dari PLN dengan bekerja sama LPPM UNS.
Sebagian besar warga yang menerima bantuan kompor listrik adalah warga terdampak penataan (WTP) HP 0001 Kelurahan Mojo.
"Pihak PLN menggandeng UNS untuk melakukan survai jadi data awal memang sebagian dari data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Jadi penerima ada yang masyarakat berpenghasilan rendah, ada yang campuran juga," terangnya.
Disebutkan, warga yang menerima bantuan kompor listrik ada sebanyak 121 orang. Kemudian terdapat penambahan hingga menjadi 174 orang perpenghasilan rendah.
"Mereka sudah menggunakan (kompor listrik). Sejauh ini belum ada kendala, tapi memang ada plus minusnya. Kami sebagai pelaksana tidak bisa mengkritisi sebuah kebijakan," katanya.(Kompas)