Beranda / Berita / Aceh / Begini Nasib LPG di Tengah Rencana Program Kompor Listrik

Begini Nasib LPG di Tengah Rencana Program Kompor Listrik

Sabtu, 24 September 2022 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Menteri BUMN, Erick Thohir. [Foto: ist]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pembicaraan soal konversi atau peralihan kompor LPG ke kompor induksi bertenaga listrik sedang mencuat di tengah masyarakat. Penggunaan kompor listrik dinilai dapat mengurangi beban APBN untuk impor LPG. 

Menteri BUMN Erick Thohir bilang LPG tidak akan dihapus, hanya saja penggunaannya akan dikurangi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi impor LPG yang selama ini membebani negara.

"LPG bukan berarti kita harus hapuskan, tidak mungkin. Tapi harus kita seimbangkan," ungkap Erick kepada wartawan dalam acara Pasar Murah di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (23/9/2022).

Erick kemudian menjelaskan perihal konversi kompor listrik yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, menurutnya konversi dilakukan kepada masyarakat yang ingin saja. Misalnya, kepada rumah tangga yang diisi anak muda.

Di pandangan Erick, anak muda nampaknya menginginkan sesuatu yang sederhana dan tidak rumit. Termasuk dalam penggunaan kompor sebagai alat masak, dia menilai penggunaan kompor dengan LPG terlalu ribet.

"Kalau ada yg berkeinginan mengganti kompor listrik, misalnya anak-anak muda Indonesia, kan anak-anak muda ini nggak mau ribet. Di mana kompor LPG-nya dicolok, ditukar, dibeli, anak muda biasanya nggak mau ribet kan. Nah dengan kompor listrik kan mereka bisa langsung proses," kata Erick.

Yang jelas, peralihan kompor LPG dengan yang bertenaga listrik akan menghemat kocek negara. Erick menyebutkan selama ini impor LPG kelewat besar. "Kita ini sekarang terus impor LPG, Rp 70 triliun setiap tahunnya," ujarnya.

Belum Jadi Program Nasional

Di lain pihak, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan program konversi gas LPG ke kompor listrik belum akan dijalankan secara nasional tahun 2022. Pertimbangan ini diambil setelah pemerintah melihat langsung kondisi di lapangan.

"Setelah melihat langsung kondisi di lapangan terkait konversi kompor LPG 3 kg menjadi kompor listrik induksi, dapat saya sampaikan bahwa pemerintah belum memutuskan terkait program konversi kompor PLG 3 kg menjadi kompor listrik induksi," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual di hari yang sama.

"Dapat dipastikan bahwa program ini tidak akan diberlakukan di tahun 2022," tegasnya.

Sampai saat ini, Airlangga bilang pembahasan anggaran dengan DPR terkait program tersebut belum dibicarakan. Artinya, belum ada persetujuan dari DPR.

Airlangga menambahkan, program konversi kompor induksi sejauh ini masih dalam tahap uji coba sebanyak 2.000 unit yang dilakukan di Bali dan Solo. Menurut Airlangga, hasil dari uji coba akan menjadi bahan evaluasi dan perbaikan sebelum menjadikan program konversi ini proyek utama secara nasional.

Wacana Konversi DME

Selain kompor listrik, pemerintah juga sempat punya wacana mengganti LPG dengan DME. Hal ini juga sempat disinggung Erick Thohir.

Dimetil eter atau disingkat DME sendiri merupakan gas yang bisa digunakan untuk memasak seperti LPG, namun DME dibuat dari proses gasifikasi batu bara.

"Ada LPG, ada juga yang namanya batu bara yg digasifikasi, batu bara diproses jadi gas, namanya gas DME," papar Erick.

Nah menurut Erick, gas DME ini tidak perlu impor macam LPG. Pasalnya Indonesia merupakan negara dengan produksi dan cadangan batu bara besar di dunia. Artinya, gas DME bisa jadi lebih murah karena tak perlu impor. Erick menyatakan bisa saja DME ini akan diberikan kepada para pedagang yang selama ini menggunakan LPG.

"Nah artinya apa? Ini kita bisa kasih solusi, para pedagang asongan bisa pindah ke DME," sebut Erick.

Namun Erick bilang penggunaan DME masih akan sangat lama, katanya mungkin DME bisa digunakan masyarakat luas mulai 2028.

"Tapi kalau ditanya kapan pak Erick? Masih 2028, masih proses, jadi nggak usah diribut-ributin sesuatu yang tidak perlu diributkan. Bangsa kita ini senang sekali ada isu titik-titik ribut, padahal belum tahu jawabannya," ujar Erick.(Detik)

Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda