Buku Tentara Kok Mikir oleh Agus Widjojo, Diarahkan Kepada Presiden Sipil
Font: Ukuran: - +
Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019). Rapat tersebut membahas rencana kerja Lemhannas tahun 2020 beserta dukungan anggarannya dan isu-isu aktual lainnya. [Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto/foc]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyampaikan pernyataan mengenai peran militer ketika suatu pemerintahan yang dipimpin oleh presiden dari kalangan sipil.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Agus Widjojo mengatakan, presiden disuatu negara yang berasal dari kalangan sipil jangan mudah memberikan kesempatan militer masuk ke urusan domestik.
"Harapan kami adalah kritisi buku ini. Tidak semuanya benar, tetapi apa yang bisa dibawa untuk ke masa depan," ujar Agus, dalam peluncuran secara daring, Rabu (25/8/2021).
Selama ini, muncul anggapan bahwa seorang prajurit cukup mengikuti perintah atasan dan tidak perlu berpikir. Namun sosok Agus berseberangan dengan hal itu.
Agus dinilai sebagai seorang jenderal yang melampaui zamannya. Ia sosok intelektual militer dan pendidik yang ikut menyusun konsep monumental Reformasi TNI.
Beberapa peristiwa yang diangkat dalam buku ini antara lain ketika TNI tengah menjalani ujian sejarah di antara pilihan menjadi tentara profesional atau menjalankan Dwifungsi ABRI.
“Contoh, permintaan bantuan kepada militer atau TNI, maka jangan langsung dilakukan meskipun terjadi bencana dengan skala besar, coba pakai sistem administrasi” ucapnya dalam buku Tentara Kok Mikir: Inspirasi Out Of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (26/08/2021).
Adapun pernyataan tersebut disampaikan sebagai bagian, dari pemikirannya terkait reformasi dan profesionalisme TNI yang dituangkan dalam buku ‘Tentara Kok Mikir: Insprirasi Out Of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang diluncurkan pada Rabu (25/08/2021 di Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta.
Selain tidak mudah memberikan kesempatan TNI untuk masuk ke urusan domestik, dari pemikirannya yang dituangkan dalam buku itu, terkait reformasi militer yang beririsan dengan demokrasi lainnya adalah tidak melihat sistem politik dari peraturan, anggaran atau ekonomi, melainkan harus dilihat dari aspek budaya.
Letjen Agus mengatakan stabilitas demokrasi dapat berjalan dengan stabil apabila telah ada beberapa kali Pemilu.
Agus mengatakan, isi buku tersebut perlu dikritisi pembaca, karena setiap zaman memiliki proses peralihan generasi yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Ia mengatakan, isi buku tersebut bisa menjadi bahan pemahaman mengenai nilai-nilai masa lalu yang dianggap perlu dipertahankan di masa berikutnya.
"Kemudian apa nilai-nilai yang harus kita pelihara sebagai jembatan dan apa nilai-nilai yang harus kita bangun, yang pasti akan berubah," kata Agus.
Aktivis Dimas Oki Nugroho mengatakan, dalam peluncuran buku Tentara Kok Mikir: Inspirasi Out Of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang menjadi tantangan demokrasi Indonesia saat ini adalah sipil profesional dan kepemimpinan yang mampu menjembatani.
Tantangan demokrasi bukan profesionalisme TNI atau militer, tetapi profesionalisme sipil dalam berdemokrasi dan menjaga negara karena berbicara tentang sustainability atau keberlanjutan negara," ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, kalangan sipil, harus siap menjadi pemimpin karena demokratisasi mensyaratkan tanggung jawab yang sama dari seluruh warga negara. karakteristik kepemimpinan ada yang memiliki kekuatan dalam konsep, ada yang kuat dalam implementasi, dan ada yang memiliki keduanya. (*)