kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / ASEAN Jadi Sorotan dalam Debat Capres Ketiga: Upaya Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan

ASEAN Jadi Sorotan dalam Debat Capres Ketiga: Upaya Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan

Senin, 08 Januari 2024 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Nasional - Kawasan ASEAN menjadi fokus perbincangan setelah disinggung dalam debat ketiga calon presiden (capres) 2024 di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu (7/1). 

Pertanyaan diberikan terkait inisiatif calon presiden terkait konflik Laut Cina Selatan (LCS) dan perundingan Code of Conduct (CoC) antara ASEAN dan China terkait LCS yang telah berlangsung selama dua dekade tanpa kesepakatan.

LCS menjadi sumber konflik setelah klaim sebagian besar wilayah oleh China yang tumpang tindih dengan wilayah sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyampaikan langkah-langkah Indonesia dalam mengatasi konflik LCS, salah satunya melalui penyelesaian CoC. Namun, Anies Baswedan menanggapi bahwa Ganjar tidak menyebut nama ASEAN, menggarisbawahi bahwa Indonesia harus kembali menjadi pemimpin ASEAN yang dominan.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, menyatakan bahwa Indonesia dapat berperan dalam menyelesaikan masalah LCS melalui ASEAN, menekankan pentingnya keberanian Presiden terpilih untuk mendorong penyelesaian konflik dengan pendekatan yang sesuai dengan budaya Asia.

Sementara itu, Guru Besar hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Aleksius Jemadu, berpendapat bahwa CoC bukanlah solusi langsung untuk konflik di LCS, tetapi dapat mengurangi eskalasi. China, menurut Jemadu, lebih suka berunding secara langsung daripada melalui ASEAN.

Pandangan lainnya dijelaskan Pengamat HI, Sya'roni Rofii, menyarankan ASEAN untuk melakukan revitalisasi dan meningkatkan peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam menjaga kawasan. Pihaknya menekankan perlunya ASEAN meniru model Uni Eropa untuk meningkatkan kekuatan negosiasi dan kesamaan persepsi dalam menghadapi tantangan regional.

Meskipun sejumlah harapan tertuju pada CoC, beberapa kritik muncul terkait lambatnya proses kesepakatan. Shafiah Muhibat dari CSIS Indonesia menyatakan bahwa hasil kesepakatan di bawah keketuaan Indonesia dinilai jauh dari harapan, dan pihak China lebih memilih berunding secara bilateral. Dalam debat capres, calon presiden diharapkan dapat memimpin upaya penyelesaian konflik LCS melalui pendekatan yang efektif dan sesuai dengan kondisi regional. [cnnindonesia]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda