Ali Akbar: Berita Hoaxs itu Musibah Membawa Berkah
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Berita palsu atau hoaxs bisa jadi musibah tetapi membawa berkah terutama bagi para jurnalis. Karena dengan begitu akan mendorong jurnalis lebih profesional dan masyarakat lebih berhati-hati mengkomsumsi berita.
"Berita hoaxs itu musibah yang membawa berkah, karena kalau jurnalis tidak berhati-berhati, tidak akurat, dan tidak verifikatif terhadap berita yang disebar ke publik itu malah menjadi musibah dan malapetaka karena telah menyebar hoaxs atau kebohongan kepada publik, namun ini sekaligus menuntut jurnalis atau media untuk bekerja secara indipenden dan profesional," kata Ali Akbar Soleman, Pemimpin Redaksi (Pemred) Harian Terbit Jakarta, yang memberikan materi Sosial Media For Civic Education dalam diskusi publik bertema "Optimalisasi Peran Media dalam Memerangi Hoaxs Menjelang Pilpres", Selasa (30/10) di Jakarta.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini mengatakan bahwa selama ini tidak ada inisiatif bersama dari pihak terkait untuk memerangi hoaxs sebagai musuh bersama. Untuk itu, ke depan seharusnya ada keterlibatan semua elemen untuk memerangi hoaxs secara bersama-sama agar masyarakat tidak mudah mengkonsumsi berita hoaks, sehingga masyarakat bisa dikontrol dan diawasi.
"Harus dibangun roadmap bersama. Selama ini hanya pendekatan sektoral saja belum ada agenda bersama untuk memerangi hoaxs, dan di antara Kementerian terkait mestinya harus terkoneksi satu sama lain untuk memerangi hoaxs," ujar Titi.
Titi juga menambahkan, bahwa semua elemen masyarakat punya peran penting untuk mewujudkan pemilu yang berintegritas, dan sarana penopangnya adalah media yang verifikatif, akurat dan tidak hoaxs. Sehingga tidak bias informasi dan berhasil memberikan pendidikan demokrasi yang baik kepada masyarakat terutama anak muda millenial.
"Media punya peran penting mewujudkan pemilu yang baik, kita mendorong semua pihak terutama Kementerian terkait dan penyelenggara Pemilu untuk menyusun rencana strategis secara bersama-sama dalam memerangi hoaxs. Karena itu, anak muda mestinya bisa menjadi pelopor untuk memulai gerakan tabayyun Nasional memerangi hoaxs," tegas Titi
Hal yang sama juga dikatakan Yadi Hendriana, bahwa menjelang Pilpres 2019, sebaran berita palsu atau informasi hoaxs semakin merajalela jika kalangan media atau jurnalis tidak verifikatif dan akurat terhadap berita yang diterima.
"Jurnalis saat ini harus kembali kepada jurnalisme verifikasi, agar tidak mudah menyebarkan informasi yang tidak akurat dan tidak jelas. Karena seorang jurnalis harus berkerja profesional untuk memberikan pendidikan literasi kepada masyarakat," ucap Yadi Hendriana, Pemimpin Redaksi iNews tv
Lebih lanjut, Agus Sudibyo dari Indonesia News Media Watch dan PWI Pusat, meminta media mainstream untuk tidak menjadi followers medsos, karena dari Medsos itulah hoaxs diproduksi. Agus juga mendorong pemilih millenial punya kesadaran politik yang tinggi, serta tidak mudah terjebak dengan berita-berita palsu atau berita hoaxs yang tidak jelas sumber informasinya.
"Pemilih millenial ini mesti punya kesadaran literasi untuk mewujudkan demokrasi lebih baik, di sisi lain juga, seharusnya media mainstriem tidak menjadi followers media sosial yang kerapkali menjadi sumber referensi, padahal beritanya tidak akurat, tidak verifikatif, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan," terang Agus. (HAM)