Beranda / Kolom / Jalanan Cot Iri, Siapa yang Peduli?

Jalanan Cot Iri, Siapa yang Peduli?

Selasa, 28 Mei 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Muhammad Aniq Alkhalif

Muhammad Aniq Alkhalif, Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Kolom - Rusaknya jalanan di Cot Iri membawa kita pada refleksi lebih dalam mengenai hubungan kita dengan lingkungan. Jalanan yang rusak tidak hanya merupakan kerusakan fisik, tapi juga merupakan suatu ketidakpedulian pemerintah, masyarakat, dan pengguna jalan. 

Dalam situasi di mana kita melewati jalan berlubang setiap hari tanpa adanya perbaikan yang tepat, pertanyaan “Siapa yang peduli?” menjadi semakin mendesak. Masyarakat yang kerap menjadi saksi bisu atas kerusakan infrastruktur, termasuk jalan. 

Namun apakah kita sudah melewati batas penderitaan dan mulai memikirkan di mana kepedulian dan tanggung jawab kita bersama? kekhawatiran terhadap kondisi jalan tidak hanya terkait dengan kenyamanan perjalanan, tapi juga keselamatan, dan citra daerah itu sendiri. 

Pertanyaannya adalah siapa yang harus bertanggung jawab. Apakah pemerintah yang harus memastikan perbaikan dan pemeliharaan rutin? Ataukah masyarakat sebagai pengguna langsung yang mempunyai kewajiban untuk melaporkan dan mendukung kegiatan perbaikan? Ataukah menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama? 

Perhatian terhadap infrastruktur (seperti jalan) mencerminkan keprihatinan bersama. Ketika jalan mengalami kerusakan, hal ini mengharuskan kita semua untuk bertindak dan menjaga lingkungan kita sendiri. Karena pada akhirnya, pemeliharaan jalan bukan sekadar memperbaiki aspal yang rusak, melainkan memperbaiki hubungan dan kepedulian di antara kita.

Jalan Cot Iri ini merupakan salah satu jalanan yang menghubungkan Gampoeng Limpok-Cot Iri dan Kecamatan Darussalam serta Kecamatan Kuta Baro di Aceh Besar. Jalanan yang kerap dilalui oleh masyarakat dan mahasiswa ketika menuju ke pendidikan perguruan tinggi di Aceh untuk kuliah, tapi jalan tersebut sampai saat ini masih belum diperbaiki, seolah tidak ada yang peduli. Masyarakat yang melewati jalan tersebut harus menempuh waktu yang lebih lama, sehingga kondisi ini menjadi suatu kendala dalam produktivitas dan manajemen waktu bagi masyarakat setempat.

Meskipun pemerintah setempat telah melakukan penanganan secara darurat pada awal bulan Desember 2023, jalanan yang rusak tersebut hanya ditimbun dan dirapikan saja tanpa pengaspalan, sehingga menimbulkan masalah yang lain. Kini, kondisi jalanan yang telah dirapikan itu menjadi sangat berlumpur saat hujan turun dan sangat berdebu saat panas sehingga sangat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Situasi jalan yang berdebu ini dapat menghambat perekonomian masyarakat setempat dan pada akhirnya mempengaruhi pendapatan mereka.

Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap jalanan yang rusak bukan menjadi sebuah solusi untuk permasalahan tersebut, tapi malah menjadi suatu permasalahan baru yang membuat masyarakat semakin keresahan. Selain kondisi jalanannya yang rusak, wilayah tersebut juga sangat minim akan lampu penerangan sehingga hal ini dapat menyulitkan pengendara yang melewati kawasan tersebut pada malam hari.

Kekhawatiran masyarakat terhadap keselamatan pengendara yang sempat mengalami kecelakaan akibat dari jalanan yang tidak merata dan berlubang. Pengendara yang seringkali kehilangan kendali saat menghindari jalanan yang bergelombang dan tidak sedikit pengendara yang sering terjatuh di jalan berlubang yang menjadi genangan air saat hujan turun.

Masyarakat yang mengeluhkan keadaan ini hanya bisa pasrah kepada pemerintah setempat untuk segera adanya perbaikan jalanan yang telah menjadi prioritas masyarakat untuk menuju ke perguruan tinggi. Ketika jalanan yang rusak ini menjadi suatu penghambat bagi masyarakat dalam akses menuju ke perguruan tinggi, maka ini menjadi hambatan bagi kesetaraan akses dalam pendidikan. 

Pendidikan yang merupakan suatu kunci untuk memajukan masyarakat dan membangun masa depan yang lebih baik, lalu bagaimana jika akses untuk menuju ke tempat pendidikan saja masih kurang layak untuk dilewati dan bisa membuat waktu tempuh ke tempat pendidikan itu menjadi lebih lama. Masyarakat yang telah pasrah kepada pemerintah juga harus melakukan tindakan yang lebih lanjut, seperti berkolaborasi dengan pemerintah setempat untuk mencari solusi bersama. 

Kolaborasi ini bisa saja melibatkan proses perencanaan dan anggaran, memberikan masukan tentang prioritas masyarakat lokal, atau bahkan mencarikan tenaga kerja untuk proyek pemeliharaan jalan. Sehingga prioritas perbaikan dan pemeliharaan jalanan untuk menuju ke pusat pendidikan dapat dilakukan dengan sepenuhnya. 

Pemerintah setempat juga perlu memberikan perhatian serius terhadap perbaikan jalanan di wilayah ini, dimana jalanan ini telah menjadi prioritas masyarakat setempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan para pelajar yang sering melewati jalanan ini untuk menuju ke tempat pendidikan. Maka dari itu tindakan perbaikan dari pemerintah harus segara dilakukan untuk memastikan jalanan yang lebih baik dan lebih layak untuk dilewati.

Jalanan Cot Iri merupakan salah satu jalanan yang menghubungkan Gampoeng Limpok-Cot Iri dan Kecamatan Darussalam serta Kecamatan Kuta Baro di Aceh Besar mengalami kerusakan. [Foto: net]

Meskipun upaya perbaikannya membutuhkan waktu ke waktu, pemerintah harus segera melakukan pelaksanaan perbaikan jalanan yang lebih komprehensif atau secara menyeluruh, dikarenakan kondisi jalanan yang telah rusak selama bertahun-tahun di wilayah ini tidak hanya menjadi permasalahan ketidaknyamanan dan keselamatan pengendara tetapi juga berdampak terhadap aktifitas dan ekonomi masyarakat setempat.

Masyarakat yang memiliki peran penting dalam menyuarakan kebutuhan mereka sendiri juga harus berpartisipasi dalam menjaga infrastruktur yang telah diperbaiki, dan mereka yang berjuang melalui tindakan langsung, kampanye, atau advokasi demi terwujudnya perbaikan kondisi jalanan di wilayah ini, sehingga perbaikan yang dilakukan tidak hanya menjadi sebuah investasi dalam infrastruktur, tetapi demi menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Jadi, kembali ke pertanyaan, "Siapa yang peduli?" Jawabannya seharusnya adalah kita semua. Ini adalah masalah yang membutuhkan perhatian dan kerja sama dari semua pihak. Ketika kita berdiri bersama, kita memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan yang positif. 

Maka dari itu marilah kita semua terus menjaga infrastruktur jalanan yang telah ada sehingga wilayah kita dapat menjadi suatu kenyamanan untuk dilewati bagi pengguna jalan. Dengan mengambil langkah-langkah ini secara bersama-sama, kita dapat memperkuat suara masyarakat dan memberikan tekanan yang diperlukan pada pemerintah untuk segera bertindak. [**]

Penulis: Muhammad Aniq Alkhalif (Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda