kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Mengapa Pelek dan Ban Mobil Jadi Sasaran?

Mengapa Pelek dan Ban Mobil Jadi Sasaran?

Jum`at, 20 September 2019 10:25 WIB

Font: Ukuran: - +

Mobil Avanza Veloz milik H Murniati Ahmad (57) warga Gampong Matang Wakeuh, Kecamatan Samalanga, Bireuen, menjadi korban pelaku pencurian aksesoris mobil. [Foto: Fajrizal/Dialeksis.com] 

Baca selengkapnya: https://dialeksis.com/aceh/pencuri-ban-mobil-kembali-beraksi-di-bireuen/

Copyright © dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Maraknya pencurian velg dan ban mobil di sejumlah kabupaten/kota di Aceh kian tak terbendung. Warga yang memiliki kenderaan roda empat tidak nyaman lagi parkir di halaman rumahnya terutama pada malam hari.

Meski rumah berpagar dan tersedia garasi tidak membuat pemilik mobil nyaman, mereka tetap khawatir terjadi kemalingan asesoris mobil.

Pada Juli lalu, Jailani, warga Dusun BTN Keupula Indah, Desa Geulanggang Gampong, Kota Juang, Bireuen, aksosorisnya mobilnya, Kijang Kapsul biru BL 132 Z, yang diparkir di halaman rumah kemalingan.

Di Sabtu 29 Juni 2019 pagi itu, ia mendapati empat unit ban serta peleknya, beterai dan lampu mobil dinas yang selama ini digunakannya, sudah hilang digondol maling. Pencuri aksesoris mobil Kabag Ekonomi Pemerintahan Kabupaten Bireuen ini, diperkirakan terjadi sekitar pukul 06.00 wib Subuh.

"Kasus pencurian ini memang masih langka terjadi Bireuen. Setelah membongkar ban dan peleknya, maling mengganjal dengan kayu dan didongkrak sehingga posisi mobil masih tetap seperti biasa, dan korban awalnya tidak mengetahui kalau bannya sudah hilang," kata Kapolres Bireuen AKBP Gugun Hardi Gunawan melalui Kapolsek Kota Juang, AKP Arief Sanjaya.

Hampir dua bulan kemudian, pencurian ban mobil kembali mengagetkan warga Bireuen. Kali ini korbannya Said Faisal (39) warga Gampong Pante Gajah Duson Balee Kuneng Kecamatan Peusangan, yang juga Kabid Persampahan Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Lingkungan Hidup Bireuen. 

Jumat (2/8/2019) malam itu sekitar pukul 23.00 WIB, sehabis pulang dari main futsal, Faisal memarkirkan mobilnya dengan baik di garasi samping rumahnya. Namun esok pagi, dia terkejut melihat empat ban mobil Toyota-nya hilang dicuri. 

"Ketika bangun pagi melihat empat ban mobil hilang. Mungkin kejadian sekitar pukul 03.00 WIB tengah malam," kata Said Faisal kepada Dialeksis.com.

Kondisi mobil Toyota Kijang milik Said Faisal setelah dimaling, Sabtu (3/8/2019). [FOTO: Dialeksis.com]

Peristiwa serupa juga terjadi di rumah T Ferdi di Gampong Aneuk Galoeng Baroe, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar, sebulan kemudian. Empat ban dan pelek mobil jenis Honda HRV miliknya hilang dibawa pencuri, Selasa (10/9/2019) dinihari.

Aksi nekat pencurian ban dan pelek mobil jadi perhatian semua warga. Warga yang memiliki kendaraan roda empat sudah tidak nyaman lagi, mereka khawatir akan terulang di kediaman mereka.  

Salah satunya Junaidi Ahmad (38) warga Gampong Pante, Ingin Jaya, Aceh Besar mengaku, aksi kawanan pencuri pelek, ban dan aksesoris mobil sangat meresahkan.

"Sejak terjadi pencurian ban mobil di beberapa tempat saya merasa tidak nyaman lagi parkir mobil di garasi, walaupun rumah saya ada pagar, sangat khawatir dan sangat hati-hati," kata Junaidi Ahmad saat ditemui Dialeksis.com, Jumat (13/9/2019).

Bukan hanya Junaidi, Haris Maulana (40) tetangganya juga mengalami hal serupa. Setiap menjelang jam 22.00 WIB dia selalu memastikan keamanan di sekeliling rumahnya, pagar dan garasi mobil harus betul-betul aman. 

"Tentu harapan kami dan warga lain petugas keamanan (polisi) memperketat kembali patroli ke desa, bukan hanya di jalan raya saja, supaya masyarakat merasa aman," ujar Haris.

Tingginya Permintaan Aksesoris Mobil

Kasus kriminal pencurian velg dan ban mobil itu diketahui sudah terjadi sejak akhir Juni hingga September 2019 lalu di sekitar wilayah Aceh semakin meningkat. Kelompok pelaku pencurian ini menyasar ke rumah-rumah yang dianggap sepi dan mudah beroperasi. 

Pelaku menyasar mobil pribadi yang diparkir di garasi atau di halaman depan rumah. Pelaku menyasar khusus pelek dan ban mobil yang dianggap mudah dijual dengan harga murah. 

Ilustrasi penjual pelek mobil. [Foto: Liputan6.com]

Untuk mendapat barang ini, para pelaku kerap beraksi pada malam hari sekitar jam 3 pagi di lokasi yang potensial untuk melancarkan aksi mereka. Biasanya lokasi pilihan mereka jatuh di  sekitar rumah yang sepi.

Meningkatnya aksi pencurian pelek dan ban mobil ini, diduga, seiring permintaan dua aksesoris itu juga tinggi belakangan. Tak hanya di Banda Aceh, meningkatnya permintaan pasar terhadap pelek dan ban juga hampir merata di semua kabupaten/kota di Aceh.

Hal ini diakui oleh Muhammad, penjual pelek mobil di jalan Lueng Bata, Banda Aceh. Dia menyebutkan, tingginya permintaan pelek tidak lain karena peningkatan penggunaan mobil oleh masyarakat di Aceh, khususnya mobil pribadi. 

"Sejak tiga bulan terakhir ini, penjualan pelek dan ban mobil cukup signifikan, beragam model," katanya kepada Dialeksis.com. 

Aktifkan Lagi Poskamling

Kepolisian Aceh mengingatkan agar warga yang memiliki mobil tetap mewaspadai aksi pencurian pelek dan ban yang kerap terjadi saat malam hari akhir-akhir ini. 

Masyarakat juga harus mencegah pencurian pelek dan ban di lingkungan rumah mereka.

Polda Aceh masih menyelidiki sejumlah kasus kriminal pencurian pelek dan ban mobil yang terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Namun hingga kini, belum terungkap siapa pelaku tujuh kasus pencurian ban dan pelek mobil tersebut.

Wakapolda Aceh, Brigjen Pol Supriyanto Tarah mengatakan, kasus pencurian pelek dan ban mobil ini belum terlalu meresahkan. 

Dia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dan menjaga keamanan di lingkungan rumah, sehingga dipastikan benar-benar aman parkir mobil di garasi rumah.

"Ya, tetap waspada, kalau ban sama pelek itu pengamanannya tergantung pada indivisu kita masing-masing, maka jadilah polisi (untuk_red) diri sendiri," kata Supriyanto Tarah, kepada media.

Sementara itu, Kapolres Aceh Timur AKBP Wahyu Kuncoro SIK MH mengatakan, untuk mencegah terjadi pencurian dan menjaga keamanan di seputaran gampong, aparat gampong diminta untuk mengaktifkan kembali Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling).

"Poskamling ini dapat melakukan ronda dan jaga malam untuk mengantisipasi agar tidak terjadi aksi pencurian, dan gangguan keamanan lainnya saat malam hari," kata Kapolres melalui Kapolsek Peureulak Barat, Ipda Eko Hadianto.

Pemberlakukan Poskamling itu, menurutnya, juga bagian dari melaksanakan instruksi Wakapolda Aceh agar masyarakat meningkatkan keamanan lingkungannya.

Dua hari berselang diberlakukan Poskamling di wilayah Aceh Timur, anggota Unit Reskrim Polres Kota Langsa berhasil menangkap dan mengamankan tersangka pencurian pelek, ban mobil dan baterai mobil di sebuah rumah kosong di Jln A Yani Gang Indah Gampong Teungoh Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

Pelaku pencurian ban dan pelek mobil diamankan di Mapolres Langsa. [Foto: IST]

Pelaku pencurian yang diamankan itu RPS (37), warga Gang Damai Gampong Baro, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Sementara rekannya JN (39), warga Gang Bakti Gampong Baro Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa masih buron.

Pelaku membawa kabur pelek dan ban dengan cara memanjat pagar bagian depan rumah kosong dan masuk ke dalam garasi mobil rumah. Kemudian kedua pelaku membuka dan mencopot ban mobil Toyota Innova menggunakan dongkrak mobil yang memang sudah disiapkan.

Pelaku juga mencopot baterai mobil, mengambil kunci pas dan dongkrak mobil Toyota Innova tersebut.

"Akibat dari kejadian tersebut diduga korban mengalami kerugian lebih kurang Rp. 10.000.000 dan pelaku akan dikenakan pasal Pasal 363 Ayat 2 KUHP," kata Kapolres Langsa, AKBP Andy Hermawan.

Namun, menurut Kapolres Langsa, pelaku pencurian ban dan pelek mobil di Langsa itu tidak terkait dengan sindikat kasus serupa yang terjadi di Aceh akhir-akhir ini. 

Krisis Kesejahteraan

Aksi kejahatan pencurian pelek dan ban semakin marak terjadi di Aceh yang sejak bulan terakhir ini  terjadi tujuh kasus dinilai imbas dari krisis kesejateraan di tengah-tenagh masyarakat, ekonomi yang semakin sulit, sehingga memicu meningkatkan aksi kejahatan.

Sosiolog Universitas Syiah Kuala Otto Syamsuddin Ishak menilai maraknya tindak kejahatan pencurian karena masih kurangnya tingkat kesejahteraan.

"Menurunnya kesejahteraan, tingkat kemiskinan di Aceh bertambah, ini yang menyebabkan kejahatan bisa terjadi," kata mantan ketua Komnas HAM itu, kepada Dialeksis.com.

Otto Syamsuddin Ishak. [Foto: BBC Indonesia]

Tujuan pelaku kejahatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini disebabkan, mayoritas pelaku tidak memiliki keterampilan atau bekal pendidikan sehingga mereka sulit mendapat pekerjaan yang halal. Pelaku kejahatan terpaksa harus bekerja dengan cara yang melanggar hukum.

Menurut Otto Syamsuddin, persoalan kesejahteraan adalah tantangan utama di wilayah Aceh, oleh karena itu muncul beragam kejahatan kriminal di Provinsi Aceh. 

 "Pembangunan harus meningkatkan kejahteraan, program pemerintah tidak senifikan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Aceh," katanya.

Dia menegaskan, bila akar masalah ini tidak segera diselesaikan maka kejahatan akan tetap terjadi di Aceh.

Mungkin memang benar, kata Otto. Hampir bersamaan dengan pengumuman penangkapan pelaku pencurian aksoris mobil di Langsa, kasus dengan modus operandi yang sama kembali terjadi di Kabupaten Bireuen.

H Murniati Ahmad (57) warga Gampong Matang Wakeuh, Kecamatan Samalanga, Bireuen, pasrah mendapati mobil Avanza Veloz-nya yang diparkir di teras rumah, Minggu (15/9/2019) pagi, sudah "ompong".

"Ketahuan hilangnya ban dan pelek serta satu sepeda pada pukul 06.00 WIB saat pemilik mobil Murniati seperti biasa keluar dari rumah," sebut Kapolres Bireuen AKBP Gugun Hardi Gunawan melalui Kasat Reskrim Iptu Rezki Kholiddiansyah.(Zulkarnaini)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda