DIALEKSIS.COM | Aceh - Bulan Ramadan merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, banyak orang juga tetap menjalankan aktivitas olahraga guna menjaga kebugaran tubuh. Namun, bagaimana sebenarnya olahraga di bulan Ramadan? Dan apa manfaatnya bagi kesehatan?.
Menjaga kebugaran fisik selama bulan Ramadan kerap menjadi tantangan bagi sebagian orang. Namun, menurut Dr. Mansur, M.Kes, Dosen Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjaskesrek) FKIP Universitas Syiah Kuala, puasa bukan halangan untuk tetap berolahraga. Justru, aktivitas fisik yang tepat dapat meningkatkan stamina dan kualitas ibadah selama bulan suci.
Dalam wawancara eksklusif dengan Dialeksis, Mansur menegaskan bahwa kunci utama berolahraga saat puasa adalah menyesuaikan intensitas, waktu, dan jenis latihan.
“Ramadan adalah momen untuk menyeimbangkan antara ibadah dan kesehatan. Olahraga ringan hingga sedang justru membantu tubuh tetap bugar, asalkan tidak dilakukan berlebihan,” ujarnya saat dihubungi Dialeksis (Sabtu,01/03/2025).
Dr Mansur merekomendasikan dua waktu ideal untuk berolahraga selama Ramadan: Sebelum berbuka puasa: Sekitar 30-60 menit sebelum waktu berbuka adalah waktu yang baik untuk berolahraga ringan agar setelahnya dapat segera mengganti cairan dan energi tubuh. Setelah berbuka puasa (setelah shalat tarawih): Sekitar 2 jam setelah berbuka adalah waktu yang baik untuk olahraga dengan intensitas lebih tinggi hindari aktivitas di bawah pepohonan (tinggi kadar CO2).
Menurutnya aktivitas di malam hari juga memberi manfaat terhadap penurunan kadar stress dalam tubuh, menenangkan dan menjernihkan pikiran, mengatasi ketegangan tubuh, dan meningkatkan kualitas tidur.
“Pada malam hari, tubuh sudah mendapat asupan energi dari berbuka, sehingga lebih siap untuk aktivitas fisik. Sementara sebelum sahur, olahraga ringan bisa merangsang metabolisme dan mempersiapkan tubuh untuk menahan puasa, pada aktivitas olahraga pada saat menjelang sahur waktu alternatif bisa dilakukan jika memiliki kebiasaan bangun lebih awal, namun harus disesuaikan dengan kondisi tubuh,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan untuk menghindari olahraga berat di siang hari, terutama saat cuaca terik. “Dehidrasi dan kelelahan berisiko mengganggu ibadah. Prioritaskan olahraga di dalam ruangan atau tempat teduh jika dilakukan pagi atau sore,” tambahnya.
Untuk menjaga kebugaran tanpa membebani tubuh, Mansur menyarankan latihan kardio ringan seperti jalan cepat, bersepeda statis, atau senam aerobik intensitas rendah. “latihan kekuatan dengan beban tubuh, seperti push-up, plank, atau squat, juga bisa dilakukan selama durasi singkat, sekitar 15-20 menit,” ucapnya.
Bagi yang terbiasa berolahraga intensif, ia menganjurkan penyesuaian porsi latihan. “turunkan intensitas menjadi 60-70% dari biasanya. Misalnya, jika biasa lari 10 km, cukup 5-6 km dengan kecepatan lebih lambat,” katanya.
Dr Mansur menekankan pentingnya hidrasi dan nutrisi seimbang saat berbuka dan sahur. “Minum air putih cukup selama waktu berbuka hingga sahur untuk mengganti cairan yang hilang. Konsumsi karbohidrat kompleks seperti oats atau nasi merah saat sahur, serta protein dan serat saat berbuka,” paparnya.
Ia juga mengingatkan agar tidak langsung berolahraga setelah makan. “Berikan jeda 2 jam setelah berbuka agar pencernaan optimal. Jika ingin berolahraga sebelum sahur, pastikan tetap minum air dan makan sahur setelahnya,” ujarnya.
Selain manfaat fisik, Dr Mansur menyebut olahraga selama Ramadan dapat meningkatkan kesehatan mental. “Aktivitas fisik melepas endorfin yang mengurangi stres. dilakukan jika memiliki kebiasaan bangun lebih awal, namun harus disesuaikan dengan kondisi tubuh.Ini sejalan dengan nilai Ramadan sebagai bulan pengendalian diri dan ketenangan jiwa,” tuturnya.
Menurut Dr Mansur, aktivitas olahraga pada bulan Ramadan juga memiliki dampak besar terhadap sistem saraf dan organ tubuh dari perspektif neurosains dan fisiologi. Olahraga meningkatkan koneksi saraf dan memperbaiki fungsi otak. Aktivitas fisik merangsang produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang membantu pertumbuhan dan pemeliharaan neuron atau saraf dan meningkatkan produksi neurotransmiter seperti dopamin, serotonin, dan endorfin yang berperan dalam mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.
"Puasa juga sebagai waktu yang tepat mengontrol diet, maka akan mempercepat metabolisme, membantu regulasi gula darah, dan meningkatkan kesehatan usus dengan merangsang pergerakan usus dalam menjaga dan memelihara kesehatan," jelasnya lagi.
Ia pun mengimbau masyarakat menjadikan olahraga sebagai bagian dari ibadah yang holistik.
“Tubuh yang sehat memudahkan kita beribadah dengan khusyuk. Olahraga bukan hanya untuk fisik, tapi juga investasi kesehatan jangka panjang. Kuncinya adalah konsisten, disiplin, dan mendengarkan sinyal tubuh. Jangan memaksakan diri, tetapi juga jangan menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.” tandasnya.