DIALEKSIS.COM | Yogyakarta - Di sudut Lembah UGM Karangmalang, ada sebuah warung sederhana yang selalu ramai di sore hingga larut malam Warung Burjo Borneo. Bagi sebagian orang, tempat ini hanya kedai biasa penyaji bubur kacang hijau, ketan hitam, dan menu nasi goreng. Namun bagi Ridwan Setiawan, mahasiswa geologi asal Jawa Tengah, dan Firman Lukman, mahasiswa teknik industri dari Universitas Negeri Jakarta, warung ini adalah “ruang kelas” kedua.
“Di sini kami bukan sekadar makan atau ngopi, tapi membedah materi kuliah, mengerjakan tugas, bahkan merancang langkah strategis untuk perkuliahan,” kata Ridwan sambil menyeruput kopi. Firman menimpali, “Yogya itu punya aura yang bikin mahasiswa dari mana pun jadi rajin. Lingkungannya nyaman, diskusinya hidup.”
Seiring waktu, Burjo Borneo bertransformasi. Menu klasik seperti bubur kacang hijau tetap jadi primadona, tetapi kini pilihan nasi gorengnya lebih dari sekadar “merah” atau “seafood”. Ada nasi goreng cumi hitam, kemangi, kambing, hingga yang namanya unik nasi goreng Hatiku Padamu. Selain itu, tersedia kwetiau, capcay, ayam geprek, mie dok-dok, dan mie nyemek.
Minumannya pun beragam, dari soft drink, jus, hingga kopi racikan. Namun satu menu yang tak boleh dilewatkan adalah roti mantau, sajian autentik Kalimantan yang jadi ikon kedai ini. “Harganya terjangkau, apalagi dibandingkan tempat makan di luar Yogya,” ujar Firman.
Bagi Ridwan dan Firman, warung semacam ini adalah cerminan budaya diskusi mahasiswa di Yogyakarta. Obrolan di meja bisa melompat dari teori geologi ke strategi bisnis, atau dari perbincangan soal tugas hingga isu nasional. “Di Yogya, warung adalah kampus informal. Tempat bertukar ide, membangun gerakan kolektif,” ujar Ridwan.
Firman menganggap atmosfer kota pelajar ini membentuk karakter mahasiswa: terbuka, kritis, dan produktif. “Kondisi lingkungan di sini mendorong kita serius belajar. Rasanya wajar kalau Yogyakarta dijuluki Kota Pelajar,” katanya.
Warung Burjo Borneo mungkin tak punya plakat penghargaan atau arsitektur megah. Tapi di balik meja-meja sederhana dan aroma nasi goreng yang mengepul, lahirlah banyak ide, rencana, dan mimpi mahasiswa dari berbagai penjuru negeri.