kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Pakar Sejarah Syekh Biet Ungkap Filosofi Lahirnya Likok Pulo

Pakar Sejarah Syekh Biet Ungkap Filosofi Lahirnya Likok Pulo

Rabu, 23 Agustus 2023 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Syekh Biet (54), pakar sejarah Likok Pulo Generasi ke - 5, menjadi pembicara dalam Lokakarya Tata Kelola Festival Piasan Aceh Rayeuk di Aula Dekranasda, Gani, ingin Jaya, Selasa (22/8/2023). [Foto: Prokopim Aceh Besar]


DIALEKSIS.COM | Gaya Hidup - Pakar sejarah Likok Pulo Generasi Ke - 5, Syekh Biet (54) menjadi pembicara dalam Lokakarya tata kelola Festival Piasan Aceh Rayeuk di Aula Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Selasa (22/8/2023).

Pada kesempatan tersebut Syekh Biet menunjukkan catatannya terkait Likok Pulo yang dapat menjadi tujuan referensi bagi masyarakat Aceh khususnya.

"Saya membawa catatan ini, yang saya tulis sendiri sebagai referensi dasar falsafah Likok Pulo," ujarnya.

Berbagai komunitas seni dan konten kreator mengikuti lokakarya tersebut dalam rangka untuk mengenal lebih dalam seni dan budaya Likok Pulo.

Sementara itu, pelaku seni Aceh Besar Cek Medya Hus turut memberikan motivasi dan pengalaman dalam lokakarya tersebut. Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan bagaimana memulai penyebaran konten promosi terkait Likok Pulo melalui media sosial.

"Masyarakat muda khususnya masih minim informasi tentang seni asli Aceh Besar Likok Pulo, sehingga perlu untuk diberikan informasi kembali lewat medsos," katanya.

Ia merasakan perlu diangkatnya Likok Pulo dalam Lokakarya Indonesiana ini, karena Likok Pulo masih merasa tersisihkan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. 

"Untuk membumikan kembali perlu dukungan dan partisipasi semua pihak, untuk menjaga seni dan budaya Aceh Besar," ujar Cek Medya Hus.

Kepada peserta lokakarya, Herman Hilmy mengatakan Likok Pulo memang telah terdaftar menjadi Warisan Budaya Tak Benda Aceh Besar sejak 2006 lalu, tapi pengenalan secara kental perlu terus disampaikan kepada nak muda saat ini.

"Karena seni Tarian Aceh Likok Pulo sejatinya memiliki makna yang tersirat dalam setiap gerakannya, barangkali pesan moral dan tata krama kehidupan, serta adat istiadat masyarakat Aceh," pungkasnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda