Cerdaskan Generasi Bangsa, Sehatkan Ibu Hamil
Font: Ukuran: - +
[ilustrasi./FirstCry Parenting]
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Sehatkan Ibu Hamil, Cerdaskan Generasi Bangsa", Klik selengkapnya di sini: https://lifestyle.bisnis.com/read/20210331/106/1375253/sehatkan-ibu-hamil-cerdaskan-generasi-bangsa.
Author: Rayful Mudassir
Editor : Novita Sari Simamora
Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Baru tiga bulan Uswatun Hasanah berada di Jakarta. Usai menerima pinangan dan menikah dengan pria pilihannya, dia bertolak dari Aceh mengikuti sang suami ke Ibu Kota. Beberapa bulan menjalani rumah tangga, wanita 27 tahun itu mulai belajar tentang persiapan kehamilan.
Meski tak terburu-buru menanti momongan, Uswatun sudah mencari-cari tahu tentang kesiapan yang mesti dilakukan calon ibu. Pengalaman dari keluarga, turut memberi pengetahuan lebih baginya. Dua orang kakak dan satu adik telah lebih dulu menikah. Dua di antaranya telah melahirkan anak dan satu sedang mengandung.
“Sudah tahu sedikit-sedikit dari pengalaman kakak dan adik,” katanya saat dilansir di media Bisnis, Rabu (31/3/2021).
Ada nasihat yang diingat dari perempuan yang memiliki pengalaman melahirkan. Kurangi konsumsi mie instan dan makanan cepat saji selama kehamilan. Harapannya, tips tersebut bisa menghindari kemungkinan buruk bagi bayi dan ibu.
Uswatun juga berencana mengonsumsi beberapa anjuran seperti susu dan buah-buahan. Dia meyakini jalan ini akan meningkatkan potensi mengandung bayi sehat serta lepas dari kelahiran bayi dengan kekurangan gizi.
Tak banyak kamus-kamus istilah terkait kesehatan dalam benaknya. Menurut dia, yang paling penting adalah kecukupan nutrisi dan kesehatan bagi ibu dan bayi harus dipersiapkan matang-matang.
“Nutrisi yang cukup selama kehamilan, akan membuat janin sehat. Aku juga berharap proses kelahiran lancar, serta bisa melahirkan anak cerdas dan berguna bagi bangsa dan negara,” tuturnya.
Isu kesehatan bagi ibu dan bayi menjadi sorotan pemerintah beberapa tahun terakhir. Kementerian Kesehatan mencatat kasus stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen pada 2019.
Angka tersebut jauh lebih tinggi di atas standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia atau world trade organization (WHO) yaitu kurang dari 20 persen.
Wakil Presiden Ma`ruf Amin bahkan turun langsung menangani kasus stunting di Indonesia. Pemerintah menargetkan angka tersebut turun drastis hingga menyentuh 14 persen pada 2024.
Sejumlah masalah yang dihadapi menangani stunting adalah tingginya angka anemia pada ibu hamil menyentuh 48,9 persen. Bila dibiarkan berlarut, kondisi pada ibu hamil tersebut akan berimbas pada perkembangan janin.
Spesialis Gizi Klinik dan perwakilan Indonesia Nutrition Association Diana Sunardi mengatakan masalah yang masih menjadi tantangan di Indonesia yaitu anemia kurang zat besi atau anemia defisiensi besi.
Kata dia, harus diakui bahwa masalah gizi di Tanah Air dimulai dari ibu menyusui, bayi, balita, anak sekolah hingga ibu hamil. Kelompok yang menjadi perhatian adalah angka anemia pada ibu hamil mencapai 37 persen. “Tentu ini akan mempengaruhi malnutrisi yaitu stunting,” tuturnya.
Siklus stunting umumnya berawal dari status gizi yang kurang baik pada remaja putri sehingga berpengaruh saat hamil. Kekurangan gizi ini biasanya disebabkan oleh anemia kurang zat besi pada ibu hamil. Hal ini akan memberikan pengaruh pada saat kelahiran.
“Kalau nutrisi pada saat masa balitanya kurang baik akan berisiko mengalami pendek dan stunting.”
Dia menjelaskan, gejala umum yang sering dialami oleh penderita anemia ini seperti kelopak mata pucat, kulit pucat, sakit kepala, tekanan darah rendah hingga merasa sering lelah.
Sementara itu pada ibu hamil, gejala yang paling mudah dilihat adalah wajah. Kelopak mata ibu hamil biasanya akan tampak pucat, kurang nafsu makan, cepat lemah serta sering pusing dengan mata berkunang-kunang.
Dampak anemia pada kehamilan juga cukup serius mulai. Beberapa di antaranya kata Diana akan meningkatkan risiko infeksi, gangguan pertumbuhan janin, potensi bayi prematur sampai pendarahan pascamelahirkan. “Juga akan membuat gangguan fungsi jantung pada ibu,” tuturnya.
Diana menuturkan, pencegahan anemia bagi masyarakat harus disikapi dengan pemenuhan asupan gizi seimbang. Pengobatan bagi penderita anemia defisiensi besi juga dapat dilakukan dengan beberapa langkah.
Peningkatan asupan makanan yang kaya zat besi dapat dilakukan seperti konsumsi hati ayam, daging merah dan bayam. Selain itu, konsumsi makanan mengandung vitamin C juga perlu untuk membantu penyerapan zat besi.
Edukasi masyarakat terhadap pentingnya nutrisi dan kesehatan juga didorong oleh perusahaan swasta. Salah satunya Danone Indonesia. Perusahaan air kemasan dan nutrisi ini juga terlibat dalam sejumlah program untuk meningkatkan nutrisi serta kesehatan publik.
Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia memaparkan bahwa perusahaan itu telah terlibat langsung untuk membantu nutrisi sehat baik pada ibu maupun anak. Keberadaan Danone di Tanah Air juga berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat.
Dalam perjalanannya, Danone Indonesia turut dalam banyak program salah satunya Aksi Cegah Stunting. Program ini adalah hasil kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia serta Kementerian Desa bersama desa. Dia menyebut Aksi Cegah Stunting berhasil menurunkan angka stunting hingga 4,3 persen dalam 6 bulan. Keberhasilan pada program ini bahkan diaplikasikan ke sejumlah daerah lain.
“Kami fokus pada perbaikan sistem rujukan bagi anak-anak gizi buruk dan penguatan peran fasilitas kesehatan, serta memprioritaskan intervensi gizi khusus bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami stunting,” tuturnya.
Di samping itu, Danone telah menginisiasi sejumlah program bersama seperti Isi Piringku. Program tersebut merupakan kampanye terkait konsumsi gizi seimbang bagi anak usia 4-6 tahun ini melibatkan 4.000 guru dan 40.000 siswa PAUD di selapan provinsi dan 44.000 siswa.
Ada lagi Gerakan Ayo Minum Air dengan kolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan minum 7 - 8 gelas air per hari bagi anak sekolah. Kampanye ini melibatkan 700.000 lebih siswa SD dan 1,2 juta siswa PAUD di tiga provinsi dan melibatkan 1,2 juta kader PKK.
Beberapa program lainnya adalah warung anak sehat, gerakan sehat Indonesia (Gesid), pembangunan taman pintas yang berfokus pada kesehatan dan gizi serta memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
“Hal-hal yang telah dilakukan oleh Danone [Indonesia] tentu saja jauh dari cukup. Namun yang bisa kami lakukan adalah terus menerus lakukan hal yang baik,” tuturnya.
Kini, Danone juga memiliki tujuan selaras dengan pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2030 yakni untuk mempertahankan kesehatan manusia dan planet [bisnis.com].