kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / 2 Karya Keren Mahasiswa di Kompetisi Openvinoâ„¢, Satu dari Unsyiah

2 Karya Keren Mahasiswa di Kompetisi Openvinoâ„¢, Satu dari Unsyiah

Jum`at, 23 Agustus 2019 15:03 WIB

Font: Ukuran: - +

Tim SmartBin asal Unsyiah, Aceh, saat tampil di Kompetisi OpenVino yang diadakan PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) dan Intel, baru-baru ini. [FOTO: viva.co.id]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kompetisi OpenVino yang diadakan PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) dan Intel, baru-baru ini, melahirkan beberapa solusi yang bisa mengatasi permasalahan sehari-hari. 

Pencipta solusi-solusi ini merupakan developer muda berbakat Indonesia. Salah satunya dari mahasiswa Unsyiah, Aceh, dengan aplikasi Smart Bin. 

Tim Smart Bin terdiri dari tiga mahasiswa asal Unsyiah, Banda Aceh. Mereka membuat purnarupa Smart Bin atau tempat sampah pintar dengan biaya rendah. Penciptaan prototip ini berasal dari permasalahan sampah yang tidak reusable atau tidak didaur ulang.

"Kami khawatir sampah menjadi masalah besar, untuk itu kami membuat solusi agar masyarakat memilah sampah dari awal (periode awal membuang sampah). Tujuannya agar mudah didaur ulang," kata Khalid Alhabibie, seperti dilansir Viva.co.id, Jumat (23/8/2019).

Cara penggunaannya, sebelum sampah dibuang, sampah akan dihadapkan ke arah kamera. Kemudian secara otomatis sistem akan mendeteksi, jenis sampah apa yang akan kamu buang. 

Misalnya botol plastik, maka yang terbuka adalah jenis non-organik, jika jenisnya daun, yang terbuka adalah tempat sampah organik.

"Kita juga bisa memonitor masalah sampahnya di monitor, data-datanya kemudian bisa diolah," ujarnya. 

Khalid tidak sendiri, ia bekerja bersama dua orang tim lainnya, Chairuman dan Nyak Twoman.

Drone Pengawas Kapal Ilegal

Karya yang satu ini juga patut diapresiasi. Drone buatan Agus Prayudi ini sudah diterima oleh Kementerian Kelautan dan tinggal menunggu waktu dipanggil. Ia adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

"Alat ini bisa mencegah kegiatan dari kapal ilegal yang ada di Indonesia. Bisa kita ketahui kalau negara kita 70 persennya merupakan lautan, jadi saya buat karya ini," katanya.

Secara sederhana cara kerjanya adalah, drone akan melakukan scan di lautan, kemudian datanya diolah secara deep learning. Dari hasilnya diharapkan bisa mengetahui posisi kapal.

Menurut Agus, teknologi untuk mendeteksi kapal atau VMS (Vessel Monitoring System) tidak banyak digunakan kapal di Indonesia, terlebih di Indonesia ini sifat kapalnya masih tradisional. Harganya pun cukup mahal, satu unit bisa mencapai Rp15 juta.

Untuk diketahui, PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) salah satu entitas anak Metrodata Group yang fokus dibidang Distribusi Teknologi, Informasi dan Komunikasi bersama Intel menginisiasi kompetisi dibidang Artificial Intelligence of Things (AIoT) berkolaborasi dengan ekosistem di seluruh Indonesia, pada tanggal 28 Maret 2019 meluncurkan Kompetisi OpenVINOâ„¢.

Sebagai gerbang kompetisi OpenVINOâ„¢, SMI mengundang seluruh para pengembang di Indonesia untuk turut partisipasi sebagai salah satu wujud visi SMI dalam memberdayakan pengembang di Indonesia untuk mendapat teknologi terbaru dan terbaik.

SMI bersama Intel dan Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) berkolaborasi mengadakan rangkaian acara OpenVINOâ„¢ Hackathon 2019 melalui roadshow OpenVINOâ„¢ Workshop dengan mengundang para IT Enthusiast di empat kota besar (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya) untuk datang dan mencoba langsung pengalaman menggunakan OpenVINOâ„¢ Toolkit. 

Animo total peserta berjumlah 400an orang sangat antusias hingga melebihi kuota. Selama workshop peserta diperkenalkan dengan teknologi OpenVinoâ„¢, bagaimana cara menggunakan hingga dapat mengembangkan aplikasi dengan menggunakan teknologi deep learning (AI). (me/dbs)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda