Usfah Herlinda Membagi Waktu Diantara Tumpukan Tugas
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
Usfah Herlinda SE MSM. [Foto: dok DPKA]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Hari-harinya dia lalui sebagai pengabdian, sebagai ASN. Apalagi dia menjabat sebagai Kasubbag Keuangan Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh. Namun dia juga harus membagi waktu sebagai seorang istri dan ibu. Diantara aktivitas ini, dia juga harus membagi waktu membantu tugas suami, karena dia dipercayakan sebagai ketua Dharma Wanita Persatuan.
Sosok wanita yang lumayan aktif, padat dengan sejumlah kegiatan. Baginya, ASN memiliki tugas berat, karena selain dituntut disiplin yang tinggi, ASN harus dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan baik.
“Menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan baik tentunya butuh dukungan anggota DWP selaku pendamping suami,” sebut Usfah Herlinda,SE, MSM, ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA).
Menurut istri Dr. Edi Yandra, STP, MSP, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, dalam bincang-bincangnya dengan penulis, di matanya Dharma Wanita Persatuan sebagai organisasi para istri ASN harus berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya para anggotanya dan kualitas kehidupan keluarga, agar mandiri serta bermanfaat bagi masyarakat.
Menurutnya, peran kaum ibu sangat besar dalam memoles generasi bangsa. Semuanya diawali dan dimulai dari ibu. Karena Ibu adalah perpustakaan pertama bagi anak. Ibulah yang melatih dan mendidik anaknya untuk kelak menjadi manusia yang berguna, bukan hanya untuk dirinya, namun bagi bangsa, agama dan masyarakat.
Bagaimana dengan budaya membaca. Sudah tentu mendidik anak-anak sejak dini untuk gemar membaca menjadi hal amat penting dan strategis. Oleh karena peran keluarga, masyarakat dan satuan pendidikan harus dilibatkan secara bergotong royong.
Salah satunya melalui peran Dharma Wanita. Organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini memiliki peran penting dan diharapkan menjadi role model bagi keluarga serta masyarakat dalam mendorong anak-anak untuk gemar membaca, jelasnya.
“Kita mengharapkan ibu menjadi guru yang pertama dalam meningkatkan budaya kegemaran membaca. Oleh karena itu, kita tidak bosan-bosannya mengajak anggota DWP untuk mengikuti tausiah. Sudah pasti tujuannya memberikan pembekalan ilmu agama kepada anggota,” jelasnya.
Dengan adanya tausiah, tentunya kita harapkan bisa menumbuhkan minat kepada anggota DWP DPKA untuk membaca ilmu-ilmu agama sehingga bisa diajarkan pada anak-anaknya. Ibu membekali diri dengan ilmu dan kemudian membagikannya kepada anak-anaknya.
Pihaknya juga senantiasa mendorong dan memberi motivasi kepada para anggota DWP DPKA agar selalu meng-upgrade diri, diantaranya dengan mengikuti beberapa pertemuan rutin setiap bulannya di kantor DWP DPKA.
“Bila tidak meng-upgrade diri, tentunya akan membuat kita tertinggal dan tergilas oleh perkembangan zaman yang senantiasa terus berkembang. Bahkan laju perkembangan itu sangat pesat, yang akan sangat sulit kita ikuti bila kita tidak membuka diri,” sebut Usfah Herlinda.
Dengan adanya berbagai kegiatan yang diselenggarakan DWP DPKA, tentunya akan bermuara pada peningkatan SDM kaum ibu. Peningkatan ini bukan hanya akan menambah wawasan dan membagikannya kepada anak, tapi kaum ibu di DWP diharapkan akan menjadi tauladan bagi anak.
Ketua DWP DPKA, Usfah Herlinda Berfoto bersama dengan Raja dan Ratu Baca Aceh 2021 serta Ketua IPI Aceh. [Foto: dok. DPKA]Bila ibu sudah dijadikan tauladan oleh anak, tentunya generasi penerus bangsa ini akan semakin mudah mendidiknya. Mudah mereka ditempa menjadi insan sesuai dengan anjuran agama, sehingga mereka bisa membedakan benar dan salah dalam kehidupan ini, disaat berbagai perkembangan media-media online yang sangat sulit diawasi.
Usfah menjelaskan, perubahan perilaku manusia yang disebabkan berbagai tontonan yang sangat mudah diakses pada media-media internet hari ini, sudah mendegradasi moral anak-anak milenial. Bahkan orang tua pun sudah tidak bisa mendidik dengan baik, akhlak yang benar.
“Saran saya, di saat gencarnya pengaruh media internet, kiranya kaum ibu khususnya senantiasa berupaya maksimal untuk mengajar, merayu anak-anak agar lebih mencintai buku-buku bacaan yang lebih bermanfaat,” jelasnya.
Ketika ditanya soal anak muda Aceh terkait minat baca dan pencerdasan pengetahuan, Usfah menilai, anak anak sekarang minat bacanya jauh lebih baik dibandingkan dengan anak muda pada zaman dulu.
Hal ini disebabkan karena kemudahan dari akses. Untuk membaca menjadi lebih mudah. Demikian dengan referensi yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan lebih memadai dan lebih lengkap.
“Dulu kita hanya dapat membaca buku-buku pengetahuan dengan cara harus datang langsung ke perpustakaan. Kondisi sekarang untuk membaca buku-buku tersebut tidak harus datang ke perpustakaan, tetapi bisa membaca melalui buku digital,” jelasnya.
Demikian dengan pengetahuan. Pengetahuan juga bisa didapat dengan mudah melalui internet. Kemudahan ini harus membuat ibu yang mendidik anaknya untuk lebih peka dalam mengontrol penggunaan HP atau internet oleh anak anak, agar tidak digunakan untuk membuka hal-hal yang negatif.
Selain mengadakan tausiah untuk mengupgrade diri para kaum ibu dalam naungan DWP DPKA ini, pihak DWP juga mulai mengembangkan tanaman hidroponik.
"Kaum ibu ini belajar dan mengembangkan tanaman melalui wadah hidroponik agar bisa memanfaatkan pekarangan rumah dengan tanaman yang bermanfaat untuk keluarga dan tetangga sekitarnya," tutur Usfah.
Demikian juga dengan semangat berkurban, DWP mengajak anggotanya untuk berkurban bersama. Selain semakin mempererat silaturahmi dan meningkatkan nilai ibadah, hewan kurban dapat dibagikan kepada masyarakat yang miskin. Hal ini merupakan bentuk kepekaan sosial bagi istri ASN.
Usfah juga memberikan pemahanan dan keyakinan kepada para anggota DWP. Sebagai istri seorang ASN, harus dapat menjadi penyeimbang, sehingga mendukung suami dalam melakukan tugas-tugasnya, ikut menjadi motivator.
Selain itu, sebagai seorang istri pendamping suami, juga mempunyai peran seorang ibu yang mendidik anak-anak supaya berhasil dan berpotensi menjadi anak yang saleh, sehingga dapat menjadi teladan bagi masyarakat, pinta Usfah.
Siapa sebenarnya ketua DWP Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh ini? Sekilas inilah sosok Usfah Herlinda, SE, MSM.
Dia pernah bekerja sebagai Pegawai Bank Danamon Indonesia. Kemudian pernah menjadi ASN di Bagian Keuangan Kota Lhokseumawe. Pernah juga menjabat sebagai Kasubbag Umum kepegawaian di Dinas Perhubungan Kota Lhokseumawe.
Pernah juga dipercayakan mengemban tugas sebagai Kabid Pariwisata Kota Lhokseumawe dan kini saat menjabat sebagai Ketua DWP DPKA, dia menjabat sebagai Kasubbag Keuangan Majelis Adat Aceh Provinsi Aceh.
Bercerita tentang organisasi, Usfah Herlinda juga sudah terbilang kaya akan pengalaman. Dia pernah menjabat sebagai Sekretaris BKMT Kota Lhokseumawe, Bendahara DWP Kota Lhokseumawe. Pernah juga dipercayakan sebagai Bendahara Drumband Kota Lhokseumawe.
Usfah juga dipercayakan sebagai Kabid Pendidikan dan Pelatihan DWP Aceh, serta pengurus BKMT Provinsi Aceh.
Dia juga pernah dipercayakan menjadi wakil Aceh di Peksiminas 3 di Jakarta, mewakili Aceh di Medan untuk Danamon Idol, juga pernah mewakili Aceh di Jakarta sebagai DWP Idol.
Namun sebagai wanita, sebagai ibu, dia tidak pernah melupakan kodratnya dalam mendidik generasi penerus yang kelak akan melanjutkan perjuanganya di muka bumi ini. Dia juga menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, membantu tugas suami melalui DWP dan juga tidak melupakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai ASN, sebagai Kasubbag Keuangan MAA, Provinsi Aceh. [Baga]