Taman Sari Gunongan: Jejak Sejarah dan Romansa Kesultanan Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Indri
Taman Sari Gunongan.[ Foto: Instagram @pandriakmal]
DIALEKSIS.COM | Feature - Jika India memiliki Taj Mahal yang dibangun atas keinginan Kaisar Mughal syah Jahan untuk mengenang istri Persianya, Arjumand Banu Begum atau yang dikenal dengan Mumtaz Mahal, maka di Provinsi paling ujung Sumatera ini punya bangunan yang memiliki kisah romantisme.
Bangunan itu bernama Taman Sari Gunongan yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda sebagai bentuk perwujudan cintanya kepada Putri Kamaliah (Permaisuri Putroe Phang) yang berasal dari Negeri Pahang, Malaysia.
Berlokasi di tengah Kota Banda Aceh, Taman Sari Gunongan ini terletak di dalam kompleks Taman Sari Bustanussalatin yang berada satu lokasi dengan wisata Pintu Khop dan Taman Sari Ghairah Banda Aceh yang dilalui oleh Sungai Krueng Daroy yang merupakan sungai buatan peninggalan kejayaan kesultanan Aceh.
Destinasi wisata yang buka dari pagi jam 08.00 WIB pagi hingga jam 17.00 WIB sore ini telah diabadikan sebagai salah satu cagar budaya dan situs sejarah peninggalan masa kejayaan Kesultanan Aceh.
Prajurit Tentara Kerajaan Hindia-Belanda di Gunungan, Kutaraja tahun 1874. [Foto: Museum Negeri Aceh/indonesia.go.id]Taman Sari Gunongan dibangun sebagai tiruan dari lanskap perbukitan yang mengelilingi Pahang, mencoba menghadirkan potongan kecil dari tanah kelahiran Permaisuri Putroe Phang. Bangunan yang menjulang hampir 10 meter itu memiliki bentuk unik menyerupai mahkota bunga teratai yang mekar.
Bagian yang dapat dikunjungi dari destinasi wisata ini antara lain bagian Penterana Batu. Penterana Batu itu sendiri merupakan sebuah kursi yang berbentuk kelopak bunga yang mekar dengan beberapa cekungan di bagian tengah. Konon, Penterana Batu ini digunakan oleh Permaisuri Putroe Phang untuk sekedar duduk-duduk sembari menikmati keindahan Taman Sari Gunongan.
Bagian lainnya, yakni Kandang Baginda yang merupakan kompleks pemakaman keluarga Sultan Kerajaan Aceh. Selain itu, di Taman Sari Gunongan ini juga terdapat padang pasir. Padang pasir ini dihiasi dengan kerikil yang dikenal dengan sebutan Kersik Batu Pelinggam.
Keunikan arsitektur Taman Sari Gunongan terletak pada bentuk dan detailnya yang mencerminkan budaya Aceh yang kaya. Bangunan ini juga dihiasi dengan relief-relief yang menggambarkan kehidupan kerajaan Aceh, dan simbol-simbol Islam yang menunjukkan bahwa Aceh merupakan daerah yang sangat menjunjung tinggi ajaran agama.
Taman Sari Gunongan juga mencerminkan hubungan erat antara Aceh dan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, seperti Kesultanan Malaka dan Pahang. Pada masa kejayaannya, Aceh menjadi pusat perdagangan dan budaya yang turut mempengaruhi perkembangan seni dan arsitektur.
Untuk memasuki Taman Sari Gunongan ini tidak dipungut biaya, siapa saja bisa mengunjunginya dengan gratis. Banyak wisatawan lokal, nasional hingga mancanegara mengunjungi wisata ini untuk merasakan romantisme dan arsitektur bangunan. Selain dijadikan destinasi wisata, Taman Sari Gunongan juga menjadi obyek penelitian.
Taman Sari Gunongan tidak hanya menjadi warisan bersejarah, tetapi juga sebuah destinasi wisata yang penuh pesona, memberikan pelajaran tentang pentingnya melestarikan budaya dan sejarah agar tetap dikenang oleh generasi mendatang.
Sebagai salah satu situs budaya penting, Taman Sari Gunongan akan terus menjadi bagian integral dari identitas dan kebanggaan masyarakat Aceh.
Kini berabad-abad telah berlalu, Taman Sari Gunongan tetap berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan waktu, seolah melawan lupa!! [adv]
Taman Sari Gunongan Aceh. [Foto: Instagram @egreebrew]